ads ads ads ads

Senin, 20 Agustus 2012

ANALISIS POPULASI IKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pada umum ntuk mengetahui kecepatan reproduksi, pertumbuhan dan mortalitas dikategorikan dalam dinamika populasi, di mana untuk mengetahui dinamika populasi tersebut maka harus detajui sejarahnya terlebih dahulu. Parameter populasi tersebut meliputi aspek-aspek serta hubungannya dengan yang lainnya. Dari konsep dasar populasi dan stok sering beriringan dan tercampur aduk, hal ini disebabkan karena analisisnya sama.
Dalam penentuan analisis populasi khususnya populasi ikan digunakan beberapa kategori-kategori sesperti stok, varietas, dan strain. Adapun sifat-sifat yang mengikuti aspek populasi tersebt yakni ; a) populasi-populasi yang terpisah secara geografi dengan lainnya mempunyai kesempatan walaupun sedikit untuk saling tukar genetis.b) Dari populasi yang berkelompok yang dinamakan clines terdapat satu sei perubahan yang gradual. c) Populasi yang berkelompok harus dengan perbedaan yang tajam dengan daerah hidridasi diantaranya.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka untuk mengetahi lebih lanjut tentang analisis populasi maka akan dibahas dalam makalah ini yakni tentang Analisis Populasi Ikan .
B. Tujuan dan Manfaat
      Adapun tujuan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a.    Untuk mengetahui pengertian analisis populasi khususnya popupasi
b.    Untuk mengetahui cara dan metode analisis populasi ikan
Sedangkan manfaat dari makalah ini yakni
a.     Sebagai bahan informasi tentang analisis populasi ikan.
b.    Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi makalah selanjutnya yang berkaitan dengan populasi ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pengertian Analisis Polulasi
Analisis populasi ikan merupakan suatu kajian tentang perkembangan populai ikan. Analisis ini diperlukan karena besar poplasi ikan dari waktu ke waktu selalu berubah. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan perkembangan suatu populasi ikan.

B.    Populasi dalam ekosistem
Penggolongan ekosistem dapat dilakukan dengan berbadai alasan, misalnya atas dasar unit biologinya atau unit fisikanya. Di dalam ekosistem tersebut hidup berbagai populasi yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
1.    Berdasarkan unit biologi: ekosistem tundra dan hutan hujan
2.    Berdasarkan elemen fisik: danau oligotropic
3.    Berdasarkan minat sumberdaya alam: tuna ground, oyster bed

C.    Parameter Populasi
Populasi selalu tersusun atas beberapa individu sejenis. Oleh karena itu, parameter yang diukur saat dilakukan kajian/studi juga ada perbedaan.
1.    Parameter individu. Parameter yang terukur dari individu adalah pada level individu atau satu organisme. Parameter tersebut meliputi: ukuran tubuh, morfologi, pertumbuhan (dalam rasio panjang/berat), kelahiran, dan kematian.
2.    Parameter populasi. Parameter yang terukur adalah pada level populasi. Parameter ini meliputi: kepadatan, pola distribusi, struktur umur, pertumbuhan (dalam satuan jumlah per biomass), kecepatan kematian, dan kecepatan kelahiran.
Antara kedua kelompok parameter tersebut ada perbedaan. Misalnya dalam hal pengukuran pertumbuhan. Pada parameter individu yang dimaksud pertumbuhan adalah pertumbuhan satu individu, misalnya pada berat dan panjang dlam satu kurun waktu tertentu. Akan tetapi, dalam parameter populasi, yang dimaksud pertumbuhan adalah perubahan jumlah indiidu dalam suatu populasi.

D.  Kepadatan
Istilah densitas dan kemelimpahan seringkali pengertiannya dianggap sama. Walaupun demikian sebenarnya kedua istilah tersebut pengertiannya berbeda.
1.    Kepadatan (density) diartikan sebagai jumlah individu dalam suatu populasi per satuan luas area. Kepadatan ini dibedakan menjadi 2 hal, yaitu sebagai berikut.
2.    Kepadatan mutlak: diperoleh dengan cara menghitung jumlah makhluk hidup per unit luas area. Kepadatan mutlak ini yang biasa disebut dengan istilah density.
3.    Kepadatan nisbi/relatif: diperoleh dengan cara membandingkan kepadatan mutlak suatu tempat dengan kepadatan mutlak di tempat yang lain. Kepadatan nisbi inilah yang biasa disebut dengan istilah abundance atau kemelimpahan.
Besar kecilnya kepadatan dapat berubah-ubah seiring dengan waktu. Hal hal yang dapat mempengaruhi kepadatan terutama adalah kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi. Kelahiran (yang dapat menambah jumlah) dipengaruhi oleh kemampuan reproduksi. Kematian (yang dapat mengurangi jumlah) lebih banyak disebabkan oleh faktor lingkungannya. Imigrasi dan emigrasi, karena pengaruhnya sering tidak signifikan maka faktor ini sering diabaikan.


E. Pola Distribusi
Sebaran ikan secara umum memiliki pola-pola tertentu. Pola ini dapat terjadi karena pengaruh faktor lingkungan serta sifat sifat yang dimiliki oleh ikan tersebut. Ada beberapa pola, antara lain sebagai berikut :
1.    Pola distribusi vektorial: pola ini terbentuk sebagai jawaban atas pengaruh faktor lingkungan fisik dan kimia.
2.    Pola distribusi reproduktif: pola ini terbentuk karena terkait dengan reproduksi
3.    Pola distribusi acak: Pola ini terbentuk karena adanya pengaruh dari ”kesempatan” dalam suatu lingkungan yang seragam.
4.    Pola distribusi contagious: pola ini berupa adanya kelompok individu yang berada di suatu tempat, tetapi tidak ditemui di daerah sekitarnya yang lain yang berbedakatan. Akan tetapi populasi ini dapat ditemukan di tempat lain yang juga hidup secara berkelompok.
5.    Pola overdispersion: pola distribusi yang acak yang jarang jarang yang hidup dalam suatu ruang/tempat yang seragam. Jadi, ada semacam pembagian ruang hidup di tempat tersebut.
6.    Pola distribusi co-active: pola ini terbentuk karena adanya akibat dari interaksi dengan hewan lain berupa kompetisi.

F.  Struktur Umur
Natalitas dan mortalitas yang terjadi dalam suatu populasi akan menghasilkan suatu set umur tertentu yang jumlahnya tidak sama. Suatu struktur dalam populasi yang terdapat pengelompokan berdasarkan umur. Jadi, sekumpulan cohort dalam sebuah populasi. Lazimnya, dalam kondisi normal cohort dengan umur muda lebih banyak jumlahnya daripada cohort dengan umur yang lebih tua. Hal tersebut karena terkait dengan faktor mortalitas masing masing cohort. Hal tersebut karena untuk dapat bertahan hidup, ikan harus melwati banyak hambatan untuk hidup, misalnya predator dan pengaruh lingkungan. Apalagi pada masa awal kehidupannya merupakan fase paling kritis dari siklus hidupnya.

G. Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan populasi adalah perubahan jumlah individu dalam sebuah populasi. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan. Faktor pendukung pertambahan populasi, antara lain natalitas yang lebih besar daripada mortalitasnya. Faktor yang dapat menghambat pertumbuhan populasi antara lain lingkungan yang tidak sesuai, kompetisi ruang dan jumlah makanan, serta penyakit.

H.  Suplai Makanan Dan Hubungan Pakan-Ikan
Pakan merupakan salah satu komponen yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap besar kecilnya suatu populasi ikan. Beberapa konsep yang berkaitan dengan suplai makanan dan hubungan pakan-ikan, antara lain sebagai berikut :
1.    Konsep Suplai Makanan
Suplai makanan berpengaruh cukup besar terhadap besar populasi ikan. Walaupun hal tersebut tidak sederhana, dan melewati suatu proses jaring-jaring makanan yang kompleks. Suplai makan tersebut dapat mempengaruhi populasi terkait dengan: jumlah, kualitas, dan ketersediaan makanan yang ada. Adanya makanan dalam jumlah yang cukup akan mempengaruhi: pertumbuhan ikan, kematangan gonad, dan kemampuan bertahan hidup dari ikan.
Jumlah dan komposisi makanan akan menentukan jumlah dan komposis spesies dalam satu kelompok ikan. Selain itu, jumlah pakan yang dimakan akan mempengaruhi: fekunditas tahunan, laju pertumbuhan, waktu kedewaaan, dan lamanya hidup.

Suplai makanan dapat berpengaruh terhadap populasi ikan, antara lain terkait oleh hal-hal berikut :
1.    Kebiasaan makan secara individual, yang dalam hal ini dipengaruhi oleh umur dan jenis. Jumlah pakan, kualitas, dan ketersediaan pakan.
2.    Kompetisi terhadap pakan yang sama, walaupun pada spesies yang sama jarang terjadi. Namun kompetisi ini menjadi sangat genting justru pada fase anakan ikan.
3.    Ikan pada level tropik atas memakan jenis makanan yang beragam
4.    Makanan di level tropik bawah lebih sedikit
5.    Spesies euryphagus makan lebih banyak dan memiliki cakupan gegrafis lebih luas daripaka spesies stenophagus.
6.    Organisme stenophagus umumnya berada di daerah tropis
7.    Ikan memiliki perlindungan diri terhadap predator
Ketersediaan pakan dipengaruhi oleh kondisi abiotik perairan. Faktor abiotik tersebut, antara lain sebagai berikut: suhu, transparansi, angin, fluktuasi permukaan air, perubahan perluasan area makan, dan keterlindungan pakan dari predator. Hubungan Makan antara Asosiasi Fauna Tunggal pada Variasi Garis Lintang yang Berbeda.
Dalam perkembangannya ikan selalu beradaptasi dengan lingkungannya termasuk dalam hal makanan dengan tujuan supaya dapat memanfaatkan makanan yang tersedia secara maksimal. Ikan ikan yang saling beraosiasi dalam satu kelompok dalam area tertentu biasanya akan beradaptasi dalam hal makanan, untuk mencegah adanya konflik dengan ikan yang lain, yang memiliki kebutuhan pakan hayati yang sama (pemakan plankton, pemakan benthos, dan predator) karena adanya perbedaan pakan yang dimakan.
Garis lintang bumi ternyata berpengaruh terhadap suplai makanan. Perbedaan ketersediaan makanan di daerah lintang yang berbeda mempengaruhi perilaku makan ikan. Di daerah tropis, ikan biasanya akan mengurangi volume makan saat musim kemarau karena keterbatasan suplai makanan. Bahkan beberapa jenis mengalami hibernasi untuk mengirit emergi.
Ikan ikan di daerah lintang tinggi selalu beradaptasi untuk makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang bervariasi untuk menjaga ketersediaan makanan. Sebaliknya di daerah dengan lintang rendah variasi jenis makanan lebih rendah karena ketersediaan makanan relatif stabil. Pada masa tertentu migrasi diperlukan karena terkait dengan ketersediaan makanan. Keteraturan makan dapat dipengaruhi oleh migrsi ikan, walaupun ada penurunan pemangsaan makanan di sungai.

I.    Hubungan Makan Di Antara Spesies dalam Asosiasi yang Berbeda
Dalam satu kelompok ikan tersusun atas beberapa spesies. Dalam satu kelompok tersebut akan terjadi kompetisi yang sangat tajam (dalam hal makanan) apabila mereka memiliki jenis makanan yang sama. Tidak banyak suatu daerah yang hanya terdiri atas satu kelompok saja. Umumnya dalam satu daerah terdapat beberapa kelompok. Sebagai contoh adalah danau Arktik dan beberapa pegunungan di Asia. Di danau tersebut hanya ada satu kelompok ikan saja. Hal tersebut karena adanya penyesuaian iklim yang akan meperpanjang rantai makanan.
Lokasi atau zona berpengaruh terhadap hubungan makan. Garis lintang bumi memiliki kondisi yang berbeda sehingga wilayah tropis dan sb tropis hubungan makan juga berbeda. Komunitas di daerah lintang tinggi atau daerah sub-tropis lebih menguntungkan saat makanan pokok tidak tersedia. Sebaliknya komunitas di daerah lintang rendah atau tropis lebih menguntungkan apabila makanan pokok tersedia. Di daerah lintang rendah, predator akan lebih mudah mentransfer prey dibandingkan di daerah tintang tinggi. Prey atau mangsa yang berfungsi sebagai makanan pokok predator umumnya mempunyai kesamaan bentuk dengan predator.
Ketersediaan pakan merupakan pembatas biologis, misalnya pertumbuhan dan kemampuan reproduksi. Oleh karena itu, besar populasii juga dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Dalam suatu area ikan ikan yang ada akan saling berinteraksi. Antara satu dengan yang lain ada yang interaksinya tidak menimbulkan masalah namun ada yang dapat menimbulkan masalah apabila terhadap hubungan predator dan prey. Beberapa ikan di daerah sub-tropis atau di daerah dengan lintang tinggi, karena keterbatasan makanan maka ikan ikan tersebut dapat mengalami perubahan secara dratis penjadi predator. Pada sebuah lokasi pemangsaan yang luas, maka pemangsaan akan meningkat jumlahnya apabila lokasi terseut ternyata merupakan rute migrasi pemijahan.

J. Hubungan Makan Di Antara Spesies
Dalam satu populasi, (terutama untuk ikan yang hidup berkelompok) antara satu individu dengan individu yang lain memiliki hubungan yang erat dalam kaitannya dengan masalah makanan. Populasi dapat maksimum apabila pakan yang tersedia juga maksimum dan adanya gangguan dari predator. Ketersediaan pakan dapat maksimum apabila terdapat adaptasi ikan terhadap jenis makanan.
Karena adanya pengarh berbagai faktor, misalnya musim dan kompetisi, ternyata dapat mempengaruhi ketersediaan pakan. Salah satu cara ikan untuk tetap menjaga agar pakan selalu tersedia dalam jumlah yang cukup adalah ikan melakukan pergerakan berpindah tempat atau migrasi. Ikan-ikan tersebut akan bermigrasi sampai di tempat di mana terdapat suplai makanan yang cukup. Perilaku lain yang yang berkaitan dengan hubungan makan di natara spesies adalah kebiasaan bergerombol. Kebiasaan bergerombol ini memiliki beberapa manfaat, antar lain sebagai berikut :


1.    Ikan dapat memulai makan dan berhenti makan pada saat yang sama. Dengan adanya gerombolan yang besar akan mempersulit predator untuk menyerang mangsanya sehingga ikan-ikan yang menjadi prey lebih terlindung.
2.    Kondisi Abiotik Mempengaruhi Suplai Makanan. Variasi kondisi abiotik memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap ”food intake” atau jumalh pakan yang dimakan. Sementara itu, kondisi abiotik ditentukan oleh besar luas zona geografi dan kedalaman, di mana di tempat tersebut terjadi hubungan makanan.
Suplai makanan berkaitan erat dengan panjang periode vegetatif. Periode vegetatif adalah suatu masa di mana populasi dapat menjalankan metabolisme secara maksimal dan membangun jaringan tubuhnya dalam kondisi tersedianya makanan, dalam kondisi yang sesuai. Waktu dan durasi (periode) makan ikan bergantung pada kondisi ketersediaan makan yang terkait dengan kondisi abiotik dan kondisi ikan itu sendiri. Secara seksual, ikan ikan yang belum dewasa memiliki periode yang lebih panjang daripada ikan dewasa. Jumlah pakan yang dimakan oleh ikan bervariasi. Adanya variasi ini dipengaruhi oleh panjang periode makan dan suhu, selama periode makan. Beberapa kondisi lain yang berpengaruh terhadap suplai makanan yang akhirnya juga berpengaruh terhadap jumlah makan yang dimakan oleh ikan, antara lain sebagai berikut. Wilayah geografi secara alami berpengaruh terhadap kecepatan reproduksi makanan. Kecepatan reproduksi inilah yang akan berakibat terhadap banyak pakan yang dimakan.  Angin dapat berpengaruh terhadap suplai makanan. Misalnya, adanya angin besar membuat serangga banyak yang jatuh ke air, dan dapat memperbesar suplai makanan yang tersedia. Cahaya berpengaruh terhadap jumalh pakan yang dimakan. Misalnya, adanya cahaya memudahkan predator untuk meburu mangsanya.
Kondisi perikanan dunia saat ini tidak dapat lagi dikatakan masih berlimpah. Tanpa adanya konsep pengelolaan yang berbasis lingkungan, dikhawatirkan sumber daya yang sangat potensial ini-sebagai sumber protein yang sehat dan murah-bisa terancam kelestariannya. Karena itu, sidang Organisasi Pangan Sedunia (FAO) memperkenalkan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) sejak 1995. Konsep yang diterjemahkan sebagai Tata Laksana Perikanan yang Bertanggung Jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries) tersebut telah diadopsi oleh hampir seluruh anggota badan dunia sebagai patokan pelaksanaan pengelolaan perikanan. Sekalipun sifatnya sukarela, banyak negara telah sepakat bahwa CCRF merupakan dasar kebijakan pengelolaan perikanan dunia. Dalam pelaksanaannya, FAO telah mengeluarkan petunjuk aturan pelaksanaan dan metode untuk mengembangkan kegiatan perikanan yang mencakup perikanan tangkap dan budidaya. Sejak pertengahan tahun 1990-an, sebagian ahli perikanan dunia memang telah melihat adanya kecenderungan hasil tangkapan perikanan global yang telah mencapai titik puncak. Bahkan di beberapa wilayah dunia, produksi perikanan telah menunjukkan gejala tangkap lebih (overfishing).
Kondisi overfishing di beberapa bagian dunia dapat dibuktikan dengan membuat analisis rantai makanan (trophic level) terhadap ikan-ikan yang tertangkap. Hasil yang ada menunjukkan bahwa aktivitas perikanan oleh manusia menurunkan populasi ikan-ikan jenis predator utama, seperti tuna, marlin, cucut (Myers dan Worm, 2003). Dengan jumlah alat tangkap yang dimiliki armada perikanan dunia saat ini serta dibarengi kemajuan teknologi yang ada, nelayan modern tidak perlu lagi mencari-cari daerah penangkapan terlalu lama seperti yang dilakukan generasi terdahulu, di mana mereka harus berlayar berhari-hari untuk mencapai fishing ground atau daerah penangkapan ikan. Akibat dari berkurangnya populasi ikan pada trophic level tinggi, tingkat eksploitasi terhadap jenis ikan yang berada pada tingkat trophic level yang lebih rendah, seperti ikan-ikan pelagis kecil dan cumi-cumi, akan meningkat. Kecenderungan demikian disebut Fishing Down Marine Food Web, yang pertama kali diperkenalkan Pauly et al, 2002.
Ilustrasi gejala Fishing Down Marine Food Web seperti yang dimaksud. Kecenderungan ini tidak bisa dibiarkan karena pada akhirnya manusia hanya akan bisa menyantap sup ubur-ubur dan plankton.























BAB III
PEMBAHASAN

A.   Analisis Populasi Ikan
Analisis populasi ikan sangat diperlukan dalam mengkaji beberapa sumber perkembangan suatu populasi ikan dan stok ikan yang ada baik pada perairan darat maupun pada perairan laut yang dimana hal tersebut diperlukan karena besar populasi ikan dari waktu ke waktu selalu berubah.
Adapun beberapa contoh analisis populasi ikan yang di lakukan oleh beberapa penelitian yakni sebagai berikut :

1.  Hubungan Panjang-berat
Hasil analisis panjang-berat, tanpa membedakan jenis kelamin dan lokasi penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan ikan Serandang adalah isometrik dengan nilai b = 3,15 (b = 3, n = 154, dengan taraf signifikansi 0,05 dan 0,01). Jika analisis hubungan panjang-berat ikan serandang dibedakan berdasarkan lokasi dan waktu pengambilan sampel maka didapat nilai b berkisar 2,9681 - 3,598. Ikan serandang yang tertangkap dilokasi penelitian Sungai Beringin dan Sungai Arisan Belido mempunyai pola pertumbuhan Alometrik (b = 2,9681 dan 2,9886, b<3 dengan taraf signifikansi 0,05 dan 0,01) dan Sungai Gumai pola pertumbuhan bersifat Isometrik dengan nilai b = 3,589, b>3.  Analisis hubungan panjang berat dari suatu populasi ikan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu memprediksi berat suatu jenis ikan dari panjang ikan yang berguna untuk mengetahui biomassa populasi ikan tersebut (Smith, 1996), parameter yang digunakan untuk memprediksi hubungan panjang berat suatu populasi ikan dapat dibandingkan dengan populasi ikan di badan air yang lain, parameter pendugaan antara kelompok-kelompok ikan untuk mengidentifikasi keadaan suatu populasi suatu jenis ikan berdasarkan ruang dan waktu (Arteaga et al., 1997).

Analisis panjang-berat yang dihubungkan dengan data kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui komposisi stok, umur saat pertama memijah, siklus kehidupan, kematian pertumbuhan dan produksi (Fafioye, 2005) Selain itu juga untuk membedakan unit-unit taksonomi melihat perubahan pada ikan yaitu metamorfosis petumbuhan, dan memprediksi jumlah ikan yang didaratkan. Dari data panjang-berat yang didapat selama bulan Juni-Desember telah didapat faktor kondisi ikan Serandang (Channa pleurophthalmus) menyebar pada kisaran 0,3245 - 1,9372 dengan rata-rata 1,0997. Faktor kondisi dengan nilai terendah (0,3245) dijumpai pada pasangan data bulan Agustus di stasiun penelitian Arisan Belido dan faktor kondisi tertinggi (1.607) terdapat pada bulan Juli di stasiun penelitian Sungai Beringin. Hasil rata-rata Faktor Kondisi (KTL) dengan nilai 1,0997 dan nilai tertinggi 1,607 berarti ikan badannya kurang pipih. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lagler, 1961 (dalam Effendie, 1975). Untuk ikan yang badannya agak pipih KTL berkisar antara 2 - 4 dan untuk ikan yang badannya kurang pipih KTL berkisar antara 1 - 3. Faktor kondisi atau indek ponderal adalah perbandingan antara berat ikan dengan pangkat tiga panjangnya merupakan faktor yang menggambarkan kondisi kegemukan ikan      (Effendie, 1975).

2.  Hubungan Fekunditas dengan Panjang Total dan Berat Ikan
Hasil perhitungan hubungan antara fekunditas (F) dengan panjang (L) dan berat tubuh (W), nampak adanya korelasi yang signifikan. Persamaan dari korelasi tersebut adalah F = 78,898L + 3584,1, n = 24 , r = 0,6701 dan F = 10,923 W + 1896, n = 24, r = 0,7149. Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa fekunditas ikan Serandang (Channa plerophthalmus) berkorelasi erat dengan berat ikan dibandingkan dengan panjang ikan. Berat gonad yang diperoleh selama penelitian berkisar 3,7 - 7,1 g dengan rata-rata 5,502 g. Fekunditas telur ikan Serandang berkisar 4290 – 1223 butir dengan rata-rata 7491 butir dengan indeks kematangan gonad berkisar 0,711 - 1,486 dengan rata-rata 1.087. Berdasarkan penelitian tahun 2004 puncak pemijahan ikan Serandang (Channa plerophthalmus) terjadi pada bulan Mei, Juli dan September. Diperkirakan ikan ini adalah jenis ikan yang memijah sepanjang tahun karena pada tiap bulan pengambilan sampel selalu ditemukan ikan dengan tingkat kematangan gonad IV dan ukuran ikan baik panjang total maupun berat yang didapat juga beragam. Pengetahuan tentang fekunditas (kemampuan ikan untuk menghasilkan telur) dari suatu jenis ikan merupakan faktor yang sangat penting untuk mengetahui siklus hidup ikan tersebut. Pendugaan fekunditas dari suatu jenis ikan sangat berguna untuk mengetahui kemampuan bertahan hidup anakan ikan, evaluasi stok ikan, budidaya ikan yang didasarkan pada inkubasi telur. Fekunditas absolut (F) adalah jumlah total telur matang yang terdapat di dalam ovarium utama yang siap memijah dari suatu individu ikan betina (King, 1997).
Hubungan antara panjang-berat ikan dengan fekunditas adalah suatu fungsi alometrik penting dari suatu parameter yang relevan yang berguna dalam berbagai aplikasi yaitu pendugaan fekunditas dari suatu populasi ikan, pendugaan fekunditas rata-rata dari suatu kelompok panjang ikan, membandingkan kapasitas produksi telur antar populasi maupun dalam populasi itu sendiri, memperkirakan kapasitas produksi telur sebagai hasil dari proses pertumbuhan ikan. Jenis makanan juga mempengaruhi fekunditas ikan. Jika makanan berasal dari hewan (ikan bersifat karnivora) maka fekunditasnya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan yang sumber makanannya berasal dari tumbuhan. Ikan Serandang (Channa pleurophthalmus) bersifat predator dan karnivora. Makanan utamanya adalah ikan yang berukuran lebih kecil dan udang. Dari hasil pengamatan pakan alami isi usus ikan Serandang (Channa pleurophthalmus) hampir 100% berupa hancuran daging ikan dan udang sisanya adalah jenis cacing, sehingga dapat dikatakan bahwa ikan ini adalah karnivora murni. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara panjang usus ikan dan panjang total ikan yaitu jika ikan mempunyai ukuran panjang total yang besar maka mempunyai nilai perbandingan yang kecil dan juga sebaliknya            (Kottelat, 1993).

3.  Hubungan Antara Fitoplankton dengan Zooplankton (Kopepoda)
Berdasarkan hasil perata-rataaan dari semua data kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dari semua stasiun baik pada saat pasang maupun surut selama penelitian, didapatkan adanya kecenderungan perubahan rata-rata total kelimpahan zooplankton mengikuti perubahan rata-rata total kelimpahan fitoplankton. Rendahnya kelimpahan fitoplankton pada minggu-minggu awal diduga merupakan efek pemangsaan oleh zooplankton yang kelimpahannya relatif tinggi pada minggu-minggu awal dimana juga kemungkinannya besar beberapa saat sebelumnya. Akibat populasi fitoplankton yang rendah maka jumlah makanan yang tersedia bagi zooplankton tidak mendukung untuk peningkatan populasinya sehingga mengalami penurunan beberapa saat kemudian. Menurunnya populasi zooplankton mengurangi tekanan bagi fitoplankton sehingga secara perlahan mengalami kenaikan. Akibat dari kenaikan kelimpahan populasi fitoplankton ini adalah mendorong kembali pertumbuhan zooplankton karena makanannya mulai mengalami kenaikan. Demikan mekanisme pemangsaan yang membentuk dinamika fitoplankton dan zooplankton.
Untuk melihat adanya efek pemangsaan zooplankton terhadap fitoplankton dimana energi yang dikonsumsi pada saat tertentu akan berdampak pada populasi setelah beberapa waktu kemudian, maka dilakukan perhitungan korelasi (Spearman Correlation) antara kelimpahan zooplankaton saat t dengan kelimpahan fitoplankton saat t, t-1, t-2 dan t-3 (fitoplankton saat t, 1 minggu, 2 mingg dan 3 minggu sebelumnya). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai R Spearmann tertinggi didapatkan
pada korelasi antara kelimpahan zooplankton saat t dengan kelimpahan fitoplankton 1 minggu sebelumnya (t-1) yaitu 0.4899, kemudian t-2, t dan t-3 dengan nilai R Spearman secara berurut 0.4725, 0.4651, dan 0.2677. Hasil ini menunjukkan bahwa kelimpahan populasi zooplankton pada saat tertentu lebih dipengaruhi dan berkaitan dengan kelimpahan populasi fitoplankton seminggu seblumnya. Dengan nilai R yang kecil dan R2 paling tinggi sebesar 0.24 yang berarti bahwa hanya 24% keragaman kelimpahan zooplankton pada saat t dapat dijelaskan oleh keragaman kelimpahan fitoplankton seminggu sebelumnya, menunjukkan bahwa selain kelimpahan fitoplankton maka ada faktor lain yang pengaruhnya lebih besar dalam mengontrol populasi zooplankton. Faktor-faktor tersebut mungkin saja pemangsa zooplankton dari hewan tingkat tinggi lainnya yang tidak diukur dalam penelitian ini. Berdasarkan perhitungan korelasi antara total kelimpahan fitoplankton dengan setiap genus fitoplankton yang ditemukan, didapatkan ada 17 genus fitoplankton yang signifikan memperlihatkan korelasi (positif maupun negatif) dengan total kelimpahan zooplankton. Berdasarkan Kelas fitoplankton maka genus-genus dari Diatom yang lebih banyak menunjukkan korelasi yang positif dengan zooplankton, diantaranya Chatoceros, Bacteriastrum dan Coscinodiscus. Adanya genus yang memperlihatkan korelasi negatif ada berbagai kemungkinan yaitu genus tersebut merupakan kompetitor bagi genus yang menjadi makanan zooplankton atau jika genus tersebut dimakan oleh zooplankton maka pada saat pengambilan sampel terjadi periode dimana menurunnya populasi genus tersebut akibat pemangsaan yang terjadi beberapa saat sebelumnya. Hal ini sulit dipastikan karena tidak dilakukan analisis lambung zooplankton selama penelitian.




K. Teknik dan Metode Pendugaan Populasi Ikan
Pengkajian polpulasi ikan banyak menggunakan beberapa perhitungan statistik dan matematik untuk memprediksi secara kuantitatif tentang perubahan populasi ikan dan menentukan alternatif pilihan manajemen perikanan.
Teknik pendugaan stok
Pengkajian stok terdiri 4 tahapan:
1.    Pendugaan karakteristik stok (pertumbuhan, mortalitas alam dan karena penangkapan serta potensi reproduksi).
2.    Pendugaan kelimpahan ikan di laut,
3.    Hubungan antara upaya (effort) dan mortalitas penangkapan
4.    Pendugaan produksi untuk jangka pendek dan jangka panjang berupa skenario penangkapan atas dasar kelimpahan dan karakteristik stok masa sekarang.
a.  Metode pendugaan stok
Metode berbasis panjang ikan. Khusus masalah di daerah tropis, adalah kesulitan dalam menentukan umur ikan secara tepat. Metode dengan berbasis panjang ikan dalam penelitian perikanan untuk pendugaan stok semakin dikembangkan dan diperbaharui. FISAT (FAO-ICLARM = Stock Assessment Tool) merupakan perangkat lunak yang dikembangkan dari pakel ELEFAN (Electronic LEngth Frequency ANalysis) dan LFSA (Length-based Fish Stock Assessment) dijadikan paket standar metode yang didasarkan pada panjang. Keluaran dari program FISAT adalah:
1.    Perkiraan parameter pertumbuhan dari ukuran panjang ikan, pertumbuhan tumbuh dan frekuensi panjang.
2.    Perkiraan mortalitas dan parameter yang terkait.
3.    Identifikasi rekruitmen musiman.
4.    Penghitungan rekruitmen dengan menggunakan virtual population analysis (VPA).
5.    Prediksi dari produksi dan biomas per rekrut (Y/R; B/R) dari model Beverton dan Holt (1957) dan Thompson dan Bell (1934) untuk single atau multi spesies.
b.  Metode tak langsung.
Metode tak langsung. Terdapat beberapa pendekatan untuk pendugaan sumber daya perikanan secara tidak langsung. Diantaranya adalah pendugaan produksi ikan dari produksi primer, kelimpahan zooplankton, survei telur dan larva ikan dan pengujian kandungan perut ikan pada tingkat trophic tinggi. Dari uraian tersebut di atas, bisa disimpulkan apa tugas ahli perikanan dalam menjawab beberapa pertanyaan berikut :
1.    Bagaimana keadaan hasil penangkapan sekarang sebagai gambaran potensi hasil penangkapan yang maksimum.
2.    Bagaimana keadaan tingkat penangkapan dan apa yang terjadi bila eksploitasi ditingkatkan.
3.    Berapa armada kapal yang diperlukan untuk operasi penangkapan pada level yang optimal.
4.    Bagaimana pengaruhnya terhadap stok dan hasil tangkapan bila ada perubahan ukuran mata jaring (mesh size), atau pengaruh terhadap ukuran minimum ikan yang tertangkap.










DAFTAR PUSTAKA

Arinardi, O. H., 1989. Zooplankton Di Perairan Sekitar Cilacap (Jawa Tengah) danHubungannya dengan Perikanan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 53.Jakarta.

Arinardi, O. H., A. B. Sutomo, S. A. Yususf, Trimaningsih, E. Asnaryanti, dan S. H.Riyono., 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI. Jakarta.

Bold, H. C., and M. J. Wynne. 1985. Introduction to The Alagae. 2nd Edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Heyman, U., and A. Lundgren., 1988. Phytoplankton Biomass and Production in Relation to Phosforus, Some Conclusions from Field Studies. Hydrobiologia, 170: 211-227..
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Nikolskii, G.V. 1980. Theory of Fish Population Dynamics as the Biological Background for Rational Exploitation and Management of Fishery Resources. Bishen SinghMahendra Pal Singh and Otto Koeltz science Publisher. Delhi.
Sutherland, W.J. 1996. Ecological Census Techniques – a hand book. Cambridge University Press. Cabridge.

Rabu, 15 Agustus 2012

PETA WAKATOBI






Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa yunani philosophia dari akar kata philos (cinta) dan Sophia (kearifan) yang berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan dan kebenaran. Filsafat adalah usaha berfikir tentang sesuatu secara logis, sistematis, radikal dan universal. Berfikir logis mengandung makna berfikir dengan menggunakan logika (undang-undang berfikir) yaitu melalui tiga tahapan: pemahaman, keputusan dan argumentasi.3 Sistematis berarti berfikir runtut tidak melompat lompat sehingga tercipta koherensi. Radikal disini dimaknai bahwa berfikir tersebut harus sampai pada akar permasalahan, tidak dangkal diluarnya saja. Sedangkan universal bermakna mengkaji masalah secara umum (General) tidak secara khusus (parsial). 1.Cabang-cabang Filsafat Pada dasarnya pokok kajian filsafat itu berkisar pada tiga hal; yaitu pertama tentang benar atau salah (logika), kedua, tentang baik atau buruk (Etika) dan yang ketiga adalah tentang indah atau jelek (Estetika). Ketiga cabang filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni, teori tentang ada (Metafisika), teori pengetahuan (Epistemologi), Filsafat Manusia, Filsafat Alam, Filsafat KeTuhanan, filsafat Politik, dan lain lain. 2.Sumber Pengetahuan Filsafat Sidi Gazalba menulis bahwa ada empat sumber pengetahuan yaitu, pengetahuan semenjak lahir, pengetahuan dari budi (akali), pengetahuan yang didapat dari indra indra khusus (empirisme) dan Ilham.1 Namun secara umum ada dua pokok sumber pengetahuan yaitu: pertama, pengetahuan yang berdasar pada rasio (Rasionalisme), kedua, pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman (empirisme). Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif (logika) dalam menyusun penetahuannya. Sedangkan kaum empiris menggunakan metode induktif (ekperimentasi). Selain rasionalisme dan empirisme, intuisi dan wahyu juga merupakan sumber pengetahuan. Intuisi diperoleh tanpa melalui proses nalar tertentu. Seseorang yang sedang memusatkan konsentrasinya pada sesuatu masalah tiba-tiba menemukan penyelesaian masalah atas permasalahan tersebut. Pun juga wahyu merupakan pengetahuan yang turun dari langit yang biasanya hanya didapatkan oleh utusan Tuhan (Nabi atau rasul). Ilmu Lain halnya dengan filsafat, ilmu (science) adalah sesuatu pengetahuan yang tersistematikakan dan dapat diverifikasi kebenarannya secara empiris. Atau secara sederhana bisa dirumuskan dengan logico-hipothetico-verifikatif. The liang gie mengartikan ilmu sebagai rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.2 Ia membagi pemahaman ilmu menjadi tiga bagian yaitu, pertama, ilmu sebagai aktivitas penelitian (rasional, kognitif dan teleologis). Kedua, sebagai metode ilmiah (pola prosedural, tata langkah, berbagai tekhnik dan aneka alat) dan yang ketiga adalah sebagai pengetahuan sistematis )3. Jujun S. Suriasumantri merumuskan langkah-langkah metode ilmiah sebagai berikut.4 1.perumusan masalah 2.perumusan kerangka berfikirdalam pengajuan hipotesis 3.perumusan hipotesis 4.pengajuan hipotesis 5.penarikan kesimpulan Ilmu terkait erat dengan sesuatu yang bisa di indra (pengetahuan) dan eksperimentasi (empirisme). Hasil dari penelitian ilmiah inilah yang menjadi manifestasi fungsional praktis-pragmatis dari teori pengetahuan, misalnya tekhnologi. Jadi Filsafat itu sifatnya spekulatuf, ilmu bersifat empiris. Wilayah kajian filsafat itu sesuatu ide universal (Tuhan, Manusia, Kebenaran, Keindahan dll), sedangkan ilmu itu wilayah kajiannya partikuler (spesifik), baik kumpulan pengalaman yang diperoleh secara langsung/sengaja (science), ataupun diperoleh secara tidak langung/tidak sengaja (knowledge). Pencapaian kesimpulan filsafat melalui ketepatan berfikir (logika), sedangkan ilmu melalui penarikan kesimpulan (deduksi dan induksi), observasi, eksperimentasi dan verifikasi. Jadi Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.5 SUMBER FILSAFAT ILMU Perkembangan filsafat ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari proses perkembangan ilmu rasional mulai dari zaman yunani kuna hingga zaman modern. Ada empat sumber filsafat ilmu yaitu: Filsafat, Ilmu, Matematika dan Logika.6 PROBLEM-PROBLEM DALAM FILSAFAT ILMU Problem-problem dalam filsafat ilmu melingkupi: 1.Problem-problem epistemologis tentang ilmu. 2.Problem-problem metafisis tentang ilmu. 3.Problem-problem logis tentang ilmu. 4.Problem-problem etis tentang ilmu. 5.Problem-problem estetis tentang ilmu.7 Setiap ilmu memiliki problem tersendiri, sesuai dengan karakter (nature) nya. Filsafat ilmu juga memiliki problem yang inheren dan koheren di dalam dirinya. Secara umum terdapat tiga masalah umum, yaitu: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.8 Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu yaitu: Obyek apa yang ditelaah? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan obyek dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan. Pertanyaan tersebut merupakan landasan Ontologis. Bagaimana proses dalam menimba ilmu?bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang perlu diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan ynag benar? apa kriterianya? cara, teknik, sarana apa yang membantu untuk mendapatkan ilmu?. Pertanyayaan tersebut merupakan landasan Epistemologis. Untuk apa Ilmu pengetahuan itu, apa hubungannya dengan kaidah moral?. Pertanyaan tersebut menjadi landasan Aksiologis.9 DIMANA KAITAN NDP DENGAN FILSAFAT ILMU? Ada Tujuh Nilai Dasar Perjuangan, yaitu: 1.Dasar-dasar Kepercayaan 2.Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan 3.Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan keharusan Universal (Taqdir) 4.Ketuhanan Manusia dan Kemanusiaan 5.Individu dan Masyarakat 6.Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi 7.Kemajuan dan Ilmu Pengetahuan

Selasa, 14 Agustus 2012

SMS PRO (CARA MEMANTAU AKTIVITAS SMS PACAR,TEMAN, KARYAWAN etc DARI HP KAMU

Telkomsel SMS Pro merupakan layanan nilai tambah Telkomsel berbasis SMS. Layanan ini membantu pelanggan Telkomsel untuk dapat mengatur pesan-pesan sesuai kebutuhan pelanggan. Gunakan layanan ini dengan mengetik SMS dengan isi pesan dan kirimkan ke 2255. Kemudian pilih layanan yang anda inginkan. (Tarif Rp 350 hanya akan dikenakan 1 kali untuk menu interaktif, balasan berikutnya tidak dikenakan biaya)
SMS Pro memiliki 5 fitur menarik yang meliputi
1.Auto Reply / Out-of-Office SMS
Pelanggan akan secara otomatis membalas SMS yang masuk sesuai keinginannya. Pelanggan juga dapat memilih 10 nomor yang tidak akan dikirimkan auto-reply)
Contoh: Pelanggan A mengirimkan SMS kepada pelanggan B. Namun karena pelanggan B mengaktifkan autoreply, pelanggan A akan menerima balasan SMS. Maaf, saya sedang berada di luar daerah, saya akan menghubungi anda setelah kembali. Terima kasihaEt
2.SMS Copy (ini triknya Milana)
Pelanggan dapat mengirimkan SMS yang diterimanya langsung ke nomor lain. (Maksimum 10 nomor lain)
Contoh: A mengirimkan ke B lalu SMS di-copy ke C. Maka SMS akan diterima oleh pelanggan B dan pelanggan C
3.SMS Divert
Pelanggan dapat mengalihkan SMS yang diterima nya ke nomor lain yang dimiliki pelanggan. Maksimum pelanggan memiliki 10 nomor lainnya
Contoh:A mengirimkan ke B lalu SMS akan di-divert ke C. Maka SMS akan diteruskan dan hanya akan diterima oleh pelanggan C.
4.SMS Black List
Pelanggan dapat menolak SMS dari 10 nomor pelanggan lain yang ada di dalam daftar, sehingga SMS tidak akan mengganggu.
Contoh:Pelanggan A tidak mau menerima SMS dari pelanggan B dan C. Maka ketika pelanggan B atau C mengirimkan SMS, pelanggan A tidak akan menerima SMS di dalam inbox nya. Pelanggan B dan C tidak akan mengetahui bahwa SMS tersebut tidak masuk ke pelanggan A
5.SMS White List
Pelanggan dapat membuat daftar nomor yang dapat mengirimkan SMS kepadanya. (Maksimum 10 nomor pelanggan di dalam daftar)
Contoh:A memasukkan B1,B2,B3,B4,B5,B6,B7,B8,B9,B10 ke dalam daftar SMS whitelist nya. Maka ketika C mencoba untuk mengirimkan SMS, SMS tersebut tidak akan masuk ke dalam inbox pelanggan A.

NILAI - NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP)


NDP Bab I: Dasar-Dasar Kepercayaan

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.

Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.

Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Allah.

Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.

Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak bertentangan denga insting dan indera.

Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi dan Rasul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rasul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi tiada Rasul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rasul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.

Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain (16:89).

Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah.

Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas (112: 1-4) menerangkan secara singkat; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa”. Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru sekalian Alam.

Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin (57:3), dan "kemanapun manusia berpaling maka disanalah wajah Tuhan" (2:115). Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada" (57:4). Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.

Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya; sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain).

Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan pasti (6:73, 25:2). Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis (23:14). Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya (31:20)). Maka alam dapat dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri (10:101).

Jadi kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana (38:27). Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada filsafat materialisme.

Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi (95:4, 17:70). Sebagai mahluk tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi (6:165). Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya (11:61). Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya".

Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri (33:72). Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan.

Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah "perubahan dan perkembangan", sebab: segala sesuatu ini adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada henti-hentinya (29:20). Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu (28:88). Di dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu (17:72). Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan kebenarannya (17:26).

Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan diterangi oleh ilmu (58:11). Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu, sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah).

Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. - Tuhan Allah Yang Maha Esa (41:37).

Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban kemanusiaan menuju kebenaran.

Kesudahan sejarah atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja (1:4, 22:56, 40:16). Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya dahulu didalam sejarah (2:48). Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin kita ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya (7:187).












NDP Bab II: Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan

Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief) (30:30). "Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (51:56, 3:156).

Fitrah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati.

Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya (19:105, 53:39). Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit (61:2-3). Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan (16:97, 4:111).

Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan - baik yang mengenai alam maupun masyarakat - yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya (29:6).

Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran (4:125). Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan (39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya (6:125). Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan pemaaf (3:134). Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik.

Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.

Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran (98:5).

Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni (2:207, 76:89). Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah (pamrih) (2:264). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberinya kebahagiaan (35:10). Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan.

Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati nurani yang hanief atau suci.


 

NDP Bab III: Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) Dan Keharusan Universal (Takdir)

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus (8:25). Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban bersama, tapi hanya ada pertanggung jawaban perseorangan yang mutlak (2:48, 31:33). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.

Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam - hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri - yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau "kepastian umum" dan “takdir” (57:22).

Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya? Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu (57:23).






















NDP Bab III: Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) Dan Keharusan Universal (Takdir)

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus (8:25). Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban bersama, tapi hanya ada pertanggung jawaban perseorangan yang mutlak (2:48, 31:33). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.

Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam - hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri - yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau "kepastian umum" dan “takdir” (57:22).

Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya? Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu (57:23).