ads ads ads ads

Jumat, 13 Juli 2012

Laporan KKP


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat perlu semakin ditingkatkan agar peranan Perguruan Tinggi dapat lebih optimal dan berdaya guna baik kepada pemerintah maupun bagi masyarakat.
Peranan perguruan tinggi melalui Tri Dharma semakin hari semakin dibutuhkan sehingga perlu untuk meningkatkan kualitasnya. Salah satu bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah Kuliah Kerja Profesi (KKP)
Didalam pelaksaaan KKP mahasiswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah dibidangnya secara profesional. Dengan demikian maka mahasiswa sebagai masyarakat kampus juga diamanatkan dalam GBHN yaitu mahasiswa harus mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidangnya masing-masing. Berjasa penuh pengabdian serta memilik rasa tanggung jawab yang besar terhadap bangsa dan negara.
Program kerja merupakan hasil dari identifikasi masalah yang di peroleh sesuai kondisi yang ada di tempat KKP. Dimana pada hakekatnya program tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu kerja sama yang baik antara pihak Instansi dengan mahasiswa KKP.


Perguruan tinggi sebagai lembaga akademik yang mempunyai tanggung jawab terhadap penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi dan modernisasi yang sedang dihadapi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengaharuskan perguruan tinggi melakukan terobosan-terobosan baru dalam pengembangan dan mengimplemntasikan sumber daya alam yang ada. Pembangunan diberbagai bidang yaitu : Bidang Ekonomi, Sosial Budaya, dan keamanan sangat membutuhkan konsep dan program. Pembangunan yang terus dan berkesinambungan, sehingga dalam konteks sebuah implementasi. Pemikiran dapat menyentuh semua lapisan masyarakat, perguruan tinggi, dengan konsep Tri Dharma lebih menekankan pada pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) antara lain sebagai berikut :
1.      Melatih dan mempersiapakan mahasiswa sebagai penerus bangsa agar memiliki kepekaan yang tinggi dalam mengidentifikasi permasalahan yang di rasakan sesuai dengan bidamg keahlian masing-masing.
2.      Meningkatkan koordinasi dan kemitraan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Kabupaten/ Pemerintah Provinsi, Sekolah dan Masyarakat untuk mengatasi permasalahan pembangunan.
3.      Mengarahkan pola pikir petani ke arah pertanian yang lebih maju, modern dan berwawasan lingkungan.
4.      Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menghayati perkembangan pembangunan, permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam pembangunan serta belajar menanggulangi permasalahan-permasalahan secara praktis sesuai dengan disiplin ilmunya.
5.      Mendekatkan aktifitas akademika Unhalu kepada masyarakat dan menyesuaikan Perguruan Tinggi dengan tuntutan pembanguanan.

1.2.2.      Manfaat
Selain dari tujuan yang telah dikemukakan diatas, kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.      Memperluas wawasan mahasiswa dalam mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah dalam menghadapi tantangan masa depan yang berkaitan dengan bidang ilmunya.
2.      Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan untuk seni yang di miliki dan yang di peroleh mahasiswa di Perguruan Tinggi Universitas Haluoleo sebelum menyelesaikan studinya.
3.      Terciptanya hubungan yang harmonis antara Pemerintah Daerah dan masyarakat dengan Pergutuan Tinggi dalam mengatasi berbagai masalah Pembangunan.
4.      Terbentuknya sikap mahasiswa yang mandiri dan dapat beradaptasi dengan kehidupan riil masyarakat.
5.      Dapat berperan serta dalam kehidupan masyarakat dengan memberikan yang terbaik bagi para petani dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dengan sumbangsi pemikiran yang sesuai dengan apa yang dibutuhakan masyarakat sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing.

1.3.       Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) mahasiswa adalah seluruh kegiatan atau program kerja Kuliah Kerja Profesi (KKP) ataupun Program kerja yang telah di sediakan oleh Dinas Pemerintah terkait, di Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara yang menyangkut masalah sosial, Ekonomi, Sumber daya manusia. Pertanian melalui hasil observasi kami Mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) angkatan XIII 2009, di bantu atau bekerja sama dengan para tenaga profesi instansi terkait.





















                              

II.  GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1.  Keadaan Geografis
Kelurahan Wandokan Utara merupakan salah satu desa mekaran baru sejak tahun 2007 dari desa Wandoka  Kecamatan Wangi-wangi yang merupakan lokasi dampingan COREMAP PHASE II Kabupaten Wakatobi. Dari  aspek keterjangkauan atau akses Wilayah, Kelurahan Wandoka utara dapat menngunakan  kendaraan Roda Dua ( Motor) sekitar 15 menit  dari  ibukota kecamatan, Kendaraan berroda Empat ( Mobil) sekitar 18 menit, sepeda sekitar 25 menit serta jalan kaki  sekitar 1 jam lamannya.Berada tepat  5 KM dari ibukota kecamatan, yang berbatasan dengan desa dan kelurahan lainnya sebagai berikut:
v  Seblah Utara berbatasan dengan Desa  Sombu

v  Seblah Selatan berbatasan dengan Kelurahan wandoka induk

v  Seblah Timur berbatasan dengan Desa Tindoi/waginopo

v  Seblah Barat berbatasan dengan Laut

  Serta memiliki  Jumlah Lingkungan sebnyak 4  yang terdiri dari;

v  Lingkungan Antapia

v  Lingkungan Bira

v  Lingkungan Bira mekar

v  Lingkungan Wakeleu



2.2       Keadaan Musim dan Curah Hujan 

            Dari kajian  secara cepat dan partisipatoris seperti  yang telah ada diatas  di lapangan di peroleh informasi  dan keadaan Curah Hujan  sebagai berikut.


Tabel  I. Keadaan Musim
No
Bulan

Musim

J
A
N

P
E
B

M
A
R

A
P
R

M
E
I

J
U
N

J
U
L

A
G
S

S
E
P

O
K
T

N
O
V
D
E
S

1
Musim Timur















2
Musim Barat













3

Musim Hujan













4
Musim Kemarau













      
 Keterangan :

                                                             Musim Timur
     
                                                                    MusimBarat     
                                                                                                   

                                                                   Musim Hujan

                                                                   Musim Kemarau


          Dari tabel I diatas  secara cepat  dapat diasumsikan bahwa di kelurahan Wandoka utara  terdapat 2 musim  Yakni musim timur dan musim barat, musim timur jauh lebih pendek yaitu hanya sekitar 5  bulan ( Oktober sampai pebruari )  bila di bandingkan dengan musim barat lebih 7 bulan lamanya ( Maret, Mei, September, Sampai bulan desember).
        Puncak  Hujan terjadi pada bulan Mei sampai  Agustus  sedangkan puncak Kemarau terjadi pada bulan September  sampai Desember, dan sedikit berkurang pada bulan Januari sampai bulan April dalam setiap tahunnya.
Tabel  2. Keadaan Temperatur dan Curah Hujan 
No
Bulan
Keadaan


J
A
N
P
E
B
M
A
R

A
P
R

M
E
I


J
U
N


J
U
L


A
G
S


S
E
P


O
K
T


N
O
V


D
E
S

1
Curah Hujan


Kurang s/d Sedang
 




T i n g g i
 




Tdk ada hujan
 



2
Temperatur


Sedang
 



Dingin
 



P a n a s
 




          Dari tabel   2. ditas  dapat diperoleh informasi bahwa antara curah Hujan dan temperatur hamper berbanding lurus ( indicator pada siang hari), kondisi temperature paling tinggi pada bulan September sampai Desember, temperatur sedang tejadi pada bulan  Januari sampai bulan April sedangkan temperatur rendah ( dingin terjadi pada bulan Mei  sampai bulan agustus). Biasanya kondisi curah hujan  kaitanya dengan suhu dan temperatur  di Kelurahan Wandoka utara,  biasanya tejadi pergeseran atau perubahan  setiap tahunnya.
2.3       Kondisi Sosial Budaya  
            Secara alamiah masyarakat sebagai mahluk social, memiliki keakrabatan dalam bentuk hubungan dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya baik dalam kehidupan sehari-hari sebagian dari budaya/kebiasaan yang berlaku.
            Sampai saat ini nilai-nilai sosial budaya yang masih terlihat adalah adanya semangat gotong royong dan kebersamaan untuk pembuatan sarana atau fasilitas dan peribadatan sekalipun fenomena di masyarakat memiliki kecenderungan untuk berubah bahkan memudar dari waktu ke waktu.
            Sebagai Pelaku Coremap ditingkat melalui kerja sama CF dan Motivator Desa mencoba untuk menginisiasi pola-pola konsultatif dan komunikasi secara terbuka dalam menumbuhkan semangat keswadayaan untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan, sehingga diharapkan rasa memiliki dan tanggung jawab yang besar bukan hanya dimiliki oleh CF dan MD tetapi lebih pada masyarakat sebagai pemilik dan penerima manfaat dari program.

2.4    Tingkat Pendidikan
           
Dari hasil Kajian  secar cepat yang disebut Rapid (Rural Apraisal RRA),  dan metode  penggalian  dengan melibatkan masyarakat secara partsipatif, ( Partipatori  Rapid  Apraisal PRA). Benar-benar sangat dibutukhkan untuk dimanfaatkan oleh stakeholder  yang terkait  data ini di himpun mulai bulan juli sampai bulan agustus di peroleh informasi  bahwa tingkat pendidikan masyarakat  di Kelurahan Wandoka utara dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 
Tabel 3.  Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
No
Tingkat pendidikan
Jumlah Jiwa
1
2
3
4
5
6
7
Belum Sekolah
Tamat SD / sederajat
Tamat SLTP / Sederajat
Tamat SLTA /Sederajat
Tamat DI/II
Tamat D III
Tamat D IV
477
221
157
122
9
9
13

Jumlah
1.008
Sumber: BPS(Badan Pusat Statistik Wakatobi dalam Angka 2009)
                   Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar masyarakat di kelurahan Wandoka utara mempunyai tingkat pendidikan tergolong rendah yaitu sekitar      40 % tidak tamat s/d tamat SD, 30 % SMP dan selebihnya adalah pelajar SMU, Mahasiswa dan Sarjana.
2.5   Jumlah pendudukan
              Dari  data tahun 2009,  Kelurahan Wandoka Utara mempunyai  Jumlah penduduk 1.352 Jiwa yang terdiri dari  ( Pr  =  637 Jiwa )dan (LK = 715 Jiwa ) memiliki jumlah KK sebanyak 351  Mayoritas beragama Islam  yang dihuni oleh Penduduk asli Wanci yang telah membaur dengan Masyarakat lainnya di Desa lain.Pembauran ini terjadi dari hasil perkawinan  maupun dari  ikatan kekerabatan  dan kekeluargaan masyarakat  yang menjadikan masyarakat yang ada di Kelurahan Wandoka utara semakin Majemuk dan Kompleks sejak dimekarkannya  Kabupaten Wakatobi menjadi Kabupaten Baru terlepas dari kabupaten Buton tahun 2003 yang lalu.
Tabel 4.  Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah Jiwa
Jumlah KK
1
2
Laki-laki
Perempuan
637
715

351
Jumlah
1.352
 Sumber data : Kantor Kelurahan wandoka utara 2009.
2.6   Kondisi Ekonomi Masyarakat
             Dari pengkajian Desa secara cepat melalui wawancara secara mendalam (indep Interview), secara umum masyarakat kelurahan Wandoka utara memiliki tingkat pendapatan yang sangat variatif sekitar 150.000 s/d 1.000.000 diluar pegawai negeri dan TNI/Polri.
Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan rumah tangganya masyarakat bekerja sebagai nelayan dan petani, seperti pada tabel :



Tabel 5.  Mata Pencaharian Masyarakat kelurahan wandoka utara
No
Jenis Mata
Pencaharian
Jumlah
Keterangan
1
Nelayan bubu
   5 KK
207 KK sebagai pengguna SD laut
2
Nelayan jaring
17 KK
3
Nelayan pancing cigi
10 KK

5
Menyuluh/meti-meti
10 KK

6
Nelayan rumpon/bagang
5 KK

7
Pemilik toko/warung
  6 KK

8
Petani, buruh tetap dan tidak tetap, PNS, jasa, pedagang, ojek dan lain-lain.
Sekitar 290 KK


Jumlah
351 KK

Sumber data : TNC-WWF dan survey lapangan CF Kelurahan Wandoka2009       
2.7  Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana di kelurahan wandoka utara hingga tahun 2009 jumlahnya sangat terbatas. Sarana dan Prasarana yang ada di kelurahan wandoka utara yaitu pendidikan,kesehatan seperti sekolah, puskesdes, mesjid, pondok informasi, kantor desa. Dengan adanya sarana dan prasarana desa merupakan salah satu mencerminkan bahwa di kelurahan wandoka utara masih  perlu diadakan pembangunnan sarana dan prasarana agar masyarakat wandoka utara makmur
Jenis sarana dan prasarana produksi dan ekonomi yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya laut yang dimiliki nelayan terdiri dari jaring, bubu, alat pancing/pancing cigi, rumpon/bagan dan perahu (sampan) serta perahu motor.
Fasilitas jalan sebagai sarana transportasi utama yang menghubungkan antar wilayah desa/kelurahan kurang baik, karena sebagian besar jalan yang menuju kecamatan dalam kondisi rusak. Jalan darat yang menghubungkan antar desa dapat dilalui oleh sepeda motor maupun kenderaan roda empat. Adapun alat transportasi yang menghubungkan antar desa/kelurahan maupun ibukota kecamatan dapat menggunakan sepeda motor maupun mobil.
Bersadarkan hasil wawancara dengan kepala desa setempat dan pengamatan langsung dilapangan maka sarana dan prasarana yang terdapat di kelurahan wandoka utara seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Sarana dan Prasarana kelurahan wandoka utara
No
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
2
3
4
5
7

Kanto Desa
Puskesmas pembantu/PUSKESDES
SD
Mesjid
Pondok  informasi
Lapangan bola volley
Sumber data : Kantor kelurahan wandoka 2009
1 buah
1 buah
2 buah
3 buah
1 buah
1 buah

            Secara umum sarana prasarana penunjang sangat terbatas pada sarana umum seperti Balai pertemuan, tempat ibadah dan lapangan olah raga yang diswadayakan oleh masyarakat. Sampai saat ini Kelurahan Wandoka utara belum memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang pendapatan masyarakat seperti pabrik es, tempat pendaratan ikan (TPI) dan PPI, bantuan alat tangkap, pemberian bantuan modal dan keterampilan teknis yang secara ekonomi dapat menghasilkan untuk membiayai masyarakat.
2.8  Kelembagaan Desa/Kelurahan
            Sistem kelembagaan di kelurahan Wandoka utara secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : Lembaga Formal dan Non Formal.
·         Kelembagaan Formal
Lembaga formal adalah suatu system kelembagaan yang memiliki struktur lembaga yang jelas dan dibentuk secara formal oleh pemerintah sebagai bagian dari struktur dan administrasi pemerintahan secara sah berdasarkan ketentuan Hukum dan Perundang-undangan.
·         Secara Kelembagaan
Kelurahan Wandoka utara terdiri dari Lurah, Sekretaris Lurah, Para Kepala Seksi, Pemegang Kas, Staff Kelurahan LPM dengan “ Struktur Organisasi “ sebagai berikut
Kelembagaan yang dimaksud disini dapat berupa organisasi formal maupun non-formal yang terdapat kelurahan wandoka utara yang berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan penduduk. Keberadaan kelembagaan ini cukup penting bagi pengembangan sosial ekonomi dan budaya masyarakat serta dalam menjalankan pemerintahan setempat.
Selain kepala lurah sebagai kepala pemerintahan ditingkat kelurahan yang dibantu oleh aparat desa/lurah juga terdapat dua dusun yang masing-masing dipimpin oleh kepala lingkungan. Terdapat juga Badan Perwakilan Desa (BPD) yang berfungsi sebagai mitra kepala lurah yang berfungsi sebagai lembaga yang menampung aspirasi masyarakat desa, terdapat pula lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM),lembaga perkumpulan para pemuda yang disebut karang taruna, lembaga adat,kelompok PKK/dasawisma dan majelis Ta”lim.
Tabel 7. Kelembagaan Kelurahan Wandoka Utara
No
Lembaga
Kepala / Ketua
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pemerintah desa
Badan Pemusawaratan Desa (BPD)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Lembaga Adat
Lembaga Karang Taruna
PKK / Dasawisma
Majelis Ta”Lim
LPSTK (Lembaga Pengelola sumberdaya Terumbu Karang)
LKM (Lembaga Keuangan Mikro)
MD (Motivator Desa)
La Saidu.
-
Hasan
-
-
Wa Nati.
Wa Juli
Darmi, SH

Hambali
Muh.Tazlim
Wa Dai
 Sumber data : Kantor kelurahan wandoka utara  2009

1.      STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PEMERINTAHAN KELURAHAN WANDOKA
KECAMATAN WANGI-WANGI KABUPATEN WAKATOBI


 


      1. Kepala Kelurahan                           : Saidu
2. Sekretaris                                        : Salimudin ST
3. Kasi Pemerintahan                          : Drs La Mande
4. Kasi Perekonomian             : -
5. Kasi Trantib                                    : Riswan Rahim.S.sos
6. Kasi Kesejahteraan dan
 Pemberdayaan                                : Awalaudin R.St.
 Staff Kelurahan                              : -
7. Kepala Lingkungan
§  Lingkungan Antapia               :  Alimuddin
§  Lingkungan Bira                     :  La Harima
§  Lingkungan Bira mekar          :  Amusara
§  Lingkungan Wakeleu              :  Arling
8.      Lembaga Non Formal
            Lembaga Non formal adalah suatu system kelembagaan yang memiliki struktur lembaga yang jelas/tidak jelas, yang tidak dibentuk secar formal oleh Pemerintah sebagai bagian dari srtuktur dan administrasi pemerintahan yang secara sah diatur dalam ketentuan hukum dan perundang-undangan.Terdapat beberapa Lembaga Nonformal di Kelurahan Wandoka utara.
Secara Kelembagaan KelurahanWandoka utara terdiri dari Lurah, Sekretaris Lurah, Para Kepala Seksi, Pemegang Kas, Staff Kelurahan LPM dengan “ Struktur Organisasi “ sebagai berikut :



Hubungan antar Lembaga di Kelurahan Wandoka


 




Oval: Lembaga Adat





2. STRUKTUR ORGANISASI KARANG TARUNA
KELURAHAN WANDOKA KEC. WANGI-WANGI KAB. WAKATOBI


 


1)      Ketua                                   : Rahim
2)      Sekretaris                             : -
3)      Bendahara                           : -
4)      Seksi-Seksi             
Ø  Seksi Usaha & Dana     : -
Ø  Kasi Trantib                   : -
Ø  Kasi Kesejahteraan
Dan Pemberdayaan       : -










III.             DENTIFIKASI MASALAH
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan masyarakat setempat, maka mahasiswa PKL telah mengidentifikasi beberapa masalah yang ada di Kelurahan Wandoka Utara Kec. Wangi-wangi  Kab. Wakatobi yang dapat diuraikan sebagai berikut:

3.1   Metode Identifikasi Masalah
Masalah yang terdapat dalam kegiatan ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu masalah utama dan masalah penunjang dengan menggunakan metode diskusi dan pengamatan di lapangan.
3.1.1   Bidang Ekonomi
1.      Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara-cara pengelolaan hasil laut yang lebih sehingga memperoleh manfaat ekonomi yang lebih baik.
2.      Tingkat pendapatan masyarakat relatif tinggi, akan tetapi kemampuan akan bisnis minim.
3.      Pemasaran Ikan tuna di desa dikuasai oleh 1 orang.
3.1.2   Bidang Kelautan dan Perikanan
1.      Minimnya pengetahuan masyarakat setempat tentang pentinganya terumbu karang dengan pengambilan batu karang untuk kepentingan pribadi.
2.      Masih terdapat masyarakat yang menangkap hasil-hasil laut yang di lindungi seperti kima dengan cara merusak terumbu karang.
3.      Penggunaan jaring insang di sekitar terumbu karang yang berpotensi merusak terumbu karang pada saat air laut sedang surut.
4.      Pengambilan pasir dipantai yang dilakukan sebagian masyarakat pesisir yang digunakan sebagai bahan bangunan dan pembutan pot bunga.
5.      Penangkapan gurita masih marak dilakukan oleh masyarakat setempat dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti tombak.
6.      Nelayan meti-meti yang aktifitasnya mengganggu ekosistem terumbu karang.
3.1. 3  Bidang Sarana Dan Prasarana
1.      Belum adanya kantor desa, sehingga untuk melakukan pertemuan warga masih menggunakan balai pertemuan (bantea)
2.      Belum adanya PAM yang ada di desa, sehingga warga tersebut menggunakan sumur yang debit airnya sedikit.
3.      Masih banyak masyarakat yang belum mempunyai WC permanen sehigga banyak masyarakat yang buang kotorannya di pantai.






IV.              PELAKSANAAN PROGRAM

4.1  Waktu dan Tempat
Kegiatan praktek kerja lapangan(PKL) ini dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai dari tanggal 18 Juli samapai 5 Agustus 2009, bertempat pada wilayah COREMAP II di Kelurahan Wandoka Utara Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara.
4.2  Program Utama
            Adapaun Program Utama yang dilakukan Pada PKL ini adalah antara lain sebagai berikut :
1.      Kegiatan Sosialisasi masalah DPL Tingkat Desa/Keluraha,Tingkat SD, SMP, , SMA dan door to door dari rumah ke rumah  masyarakat nelayan
2.      Sosialisasi ekosistem tentang arti pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang,serta dampak negatif yang ditimbulkan /diakibatkan dari pengerusakan ekosistem terumbu karang.
3.      sosialisasi tentang penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan dampak negatif dari penggunaan alat tangkap yang tidak  ramah lingkungan
4.      Sosialisa tentang pemaparan program kerja Coremap II
4.3  Program Penunjang
Adapaun Program Penunjang yang dilakukan Pada PKL ini adalah antara lain sebagai berikut :
  1. Pemutaran Film Dokumeter Terumbu karang
  2. Pemasangan Iklan/ Poster Perikanan didesa
  3. Membantu CF dalam Pembentukan PRA/RRA dan LPSTK (Lembaga Pengelola Trumbuh Karang)
  4. Pendataan jenis alat tangkap,hasil tangkapan yang digunakan masyarakat desa
  5. Ikut Menyuluh dengan masyarakat Nelayan Meti-meti pada malam/siang hari
  6. kegiatan bersish-bersih pantai.
  7. berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan 17 Agustus. Mengadakan tetrikal tentang Pelestarisn terumbu karang
  8. Pembuatan baso Ikan
  9. Membantu Program Kegiatan Coremap II Selama Kegiatan PKL





































                                                   
V.           FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PEMNGHAMBAT

5.1    Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan PKL angkatan X UNHALU  yang ditemukan di Kelurahan Wandoka Utara yaitu sebagai berikut:
  1. Adanya kerja sama  masyarakat dalam setiap program yang dibuat seperti Pengambilan data, Sosialisasi, Kerja Bakti, Menyuluh dll.
  2. Masyarakat Kelurahan Wandoka Utara menyambut dan menerima mahasiswa PKL dengan baik dan penuh rasa kekeluargaan.
  3. Adanya dukungan dari pihak Coremap II dan perintahan Kelurahan Wandoka Utara dalam setiap pelaksanaan program PKL
  4. Terdapatnya puskesdes sehingga memudahkan masyarakat desa dalam hal menjaga kesaehatan baik itu dalam pengobatan maupun imunisasi.
5.2   Faktor Penghambat
Adapun yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
  1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang DPL (Daerah Perlindungan Laut)
  2. Masih banyak masyarakat yang menggunakan alat tangkap Bubu yang dalam pengoperasiannya menggunakan batu karang untuk penutupnnya
  3. Sedikitnya jumlah mahasiswa PKL yang ditempatkan disetiap lokasi sehingga mengurangi efisiensi kerja mahasiswa PKL
  4. Kurangnya Pemahaman masyarakat dengan program kerja Coremap II
  5. Penggunaan bahasa daerah oleh masyarakat setempat sehingga menjadi faktor penghambat  dalam hal komunikasi dengan Mahasiswa PKL.
  6. Terbatasnya fasilitas penanganan hasil tangkapahn dan dan alat tangkap yang digunakan masih bersifat tradisional.
  7. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang terumbu karang.




VI.             KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :
1.             Masyarakat Desa wandoka Utara baru Sebagian  Kecil yang sadar dan mengerti tentang arti pentingnya DPL (Daerah Perlindungan Laut) dan Kelestarian Terumbuh karang.
2.             Faktor utama yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang di Desa Wandoka Utara karena kurangnya kepedulian masyarakat untuk menjaga dan melestarikan ekosistem Terumbuh Karang
3.             DPL (Daerah Perlindungan Laut)  merupakan program Coremap II dengan kegiatan utama memberikan wawasan kepada masyarakat dan menanamkan kepedulian untuk bersama-sama menjaga ekosistem pesisir yang ada disekitarnya
4.             Dengan program DPL, masyarakat akan dirangsang untuk mengembangkan kearifan lokal, peningkatan rasa memiliki terhadap ekosistem terumbu karang sehingga akan berkembangnya metode penangkapan yang ramah lingkungan dan lestari. Selain itu, akan berkembang pula mata pencaharian alternatif selain penangkapan seiring berkembangnya wawasan masyarakat pesisir.
6.2  Saran
            Untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya terumbu karang  yang ada di perairan kelurahan Wandoka Utara perlu diadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan berbagai kegiatan penyuluhan  untuk memberi pengertian akan pentingnya DPL (Daerah Perlindungan Laut)  dan kelestarian sumberdaya Terumbu Karang.