ads ads ads ads

Minggu, 01 Juli 2012

WAKATOBI



Wakatobi
dengan luas wilayah 65.705 kilometer persegi,

Wakatobi
memiliki keanekaragam terumbu karang terbesar di dunia sekitar 750 jenis dibandingkan dengan terumbu karang di Laut Merah memiliki sekitar 450 jenis dan Laut Karibia sekitar 50 jenis.




INFORMASI


 
TAMAN NASIONAL WAKATOBI









Surga nyata bawah laut merupakan julukan yang diberikan kepada kawasan Taman Nasional Wakatobi. Berada di pusat segitiga karang dunia (The heart of coral triangle centre),  Wakatobi memiliki kekayaan sumberdaya laut yang melimpah dan eksotik. Air laut yang sangat jernih, terumbukarang yang mempesona dan dihuni oleh beragam hewan laut seperti ikan paus, ikan duyung, ikan lumba-lumba, ikan napoleon dan berbagai jenis ikan hias lainnya serta berbagai jenis tumbuhan lautnya layaknya sebuah taman di lautan. Selain itu,  pantainya yang elok dengan dihiasi pasir putih membentang menyempurnakan keindahan kepulauan wakatobi.  Kecantikan Wakatobi inilah  yang  selalu  memberi  kesan  tak  terlupakan  bagi  siapa  saja  yang  pernah mengunjunginya. Dan sudah banyak yang mengakui bahwa Taman Nasional Wakatobi merupakan taman laut terindah dan terumbu karang terbaik di dunia.




 
I. Sejarah Taman Nasional Wakatobi


















Gambar : Keindahan bawah laut Wakatobi
(sumber : Hermawan Wong, 2007)


Kepulauan     Wakatobi     terletak     di pertemuan       Laut     Banda               dan                  Laut Flores.                  Wakatobi              merupakan kependekan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan tersebut, yaitu           Pulau     Wangi-wangi,    Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko. Luas masing-masing pulau adalah   Pulau   Wangi-wangi        (156,5
km2),   Pulau   Kaledupa   (64,8   km2), Pulau  Tomia  (52,4  km2),  dan  Pulau
Binongko (98,7 km2). Semula gugusan
pulau     ini     dikenal     dengan     nama Kepulauan Tukang Besi, karena sejak dahulu                 penduduk         di                      kepulauan    ini dikenal  sebagai  pengrajin  atau  pandai


besi yang memasok kebutuhan rumah tangga dan alat-alat perang bagi kerajaan Buton dan sekitarnya.

Kekayaan  sumberdaya  alam  laut  yang  bernilai  tinggi  baik  jenis  dan  keunikannya dengan  panorama  bawah  laut  yang  menakjubkan  menjadikan  kepulauan Wakatobi  dijuluki surga bawah laut di antara pusat segitiga karang dunia (The heart of coral triangle centre) yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati lainnya (termasuk  ikan)  tertinggi  di  dunia,  yang  meliputi  Philipina,  Indonesia  sampai  kepulauan Solomon. Kekayaan keanekaragaman hayati laut menjadikan Kepulauan Wakatobi ditunjuk sebagai   Taman  Nasional  Laut  berdasarkan  Keputusan  Menteri  Kehutanan  No  393/Kpts- VI/1996 tanggal 30 Juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No
7651/Kpts/II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 dengan luasan 1.390.000 Ha.

Tujuan penetapan taman nasional ini adalah terjaminnya sistem penyangga kehidupan untuk pelestarian keanekaragaman hayati (bidoversity conservation) sebagai perwakilan ekosistem  wilayah  ekologi  perairan  laut  Banda-Flores  (Banda  Flores  Marine  Eco-region),


menjamin terwujudnya pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan (sustainable development) terutama dari sektor perikanan dan pariwisata, serta menjamin tersedianya sumber mata pencaharian yang berkelanjutan (sustainable livelihood) bagi masyarakat setempat.








Co r a l tr i- a n g l e


W akat o b i








Peta Pusat Segitiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center)


Pembentukan pulau-pulau di kepulauan Wakatobi akibat adanya proses geologi berupa sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu hingga sekarang. Secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong dan 5 atol. Dari proses pembentukannya, atol yang berada di sekitar kepulauan Wakatobi berbeda dengan atol daerah lain. Atol yang berada di kepulauan ini terbentuk oleh adanya penenggelaman dari lempeng dasar. Terbentuknya atol dimulai dari adanya kemunculan beberapa pulau yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan karang yang mengelilingi pulau.  Terumbu karang yang ada di sekeliling pulau terus tumbuh ke atas sehingga terbentuk atol seperti beberapa atol yang terlihat sekarang, antara lain Atol Kaledupa, Atol Kapota, Atol Tomia.



Gambar gugusan karang/atol di kepulauan Wakatobi


Berdasarkan hasil citra satelit, diketahui bahwa luas terumbu karang di kepulauan Wakatobi adalah 8.816,169 hektar. Di kompleks P. Wangi-wangi dan sekitarnya (P. Kapota, P. Suma, P. Kamponaone) lebar terumbu mencapai 120 meter (jarak terpendek) dan 2,8 kilometer (jarak terjauh). Untuk P. Kaledupa dan P. Hoga, lebar terpendek terumbu adalah 60 meter dan terjauh 5,2 kilometer. Pada P. Tomia, rataan terumbunya mencapai 1,2 kilometer untuk jarak terjauh dan
130 meter untuk jarak terdekat. Kompleks atol Kaledupa mempunyai lebar terumbu 4,5 kilometer pada daerah tersempit dan 14,6 kilometer pada daerah terlebar. Panjang atol Kaledupa sekitar 48 kilometer. Atol Kaledupa merupakan


atol terbesar yang ada di kawasan Wakatobi.

Kepulauan Wakatobi secara administratif, awalnya termasuk dalam Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara, namun sejak tahun 2004 terbentuk Kabupaten Wakatobi yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Buton  dengan letak dan luas yang sama dengan Taman Nasional Wakatobi (TNW). Wilayah Kabupaten Wakatobi didominasi oleh perairan yang
luasnya  mencapai  55.113  km2    dan  garis  pantai  ±  251,96  km  atau  mencapai  98,5%  dari keseluruhan total wilayah. Selain itu juga sumberdaya perairannya memiliki keanekaragaman hayati  yang  tinggi  sehingga  pengelolaanKkepulauan  Wakatobi  perlu   mempertimbangkan
kaidah-kaidah konservasi.


II. Kondisi Geografis dan Aksesbilitas.

Letak Administrasi  :
- Propinsi               :   Sulawesi Tenggara
- Kabupaten           :   Wakatobi

Letak Astronomis   :   123° 20' s/d 124° 39' Bujur Timur
5° 12' s/d 6° 10' Lintang Selatan

Batas Kawasan      :   Utara        :    Laut Banda Selatan           :           Laut Flores Barat   :  Pulau Buton Timur         :           Laut Banda

Posisi yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan kawasan TN Wakatobi beriklim tropis. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson iklim di Kepulauan Wakatobi termasuk tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April Agustus) dan musim hujan (musim barat: September April) dengan suhu harian berkisar antara 19 34oC. Musim
angin  barat  berlangsung  dari  bulan  Desember  sampai  dengan  bulan  Maret  yang  ditandai dengan sering terjadi hujan, gelombang laut cukup besar sehingga nelayan jarang yang melaut. Sementara itu musim angin timur berlangsung bulan juni sampai dengan september yang ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi hujan sehingga nelayan sering melaut. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba (bulan oktober- November  dan  bulan  April-Mei)  kondisi  gelombang  laut  tidak  menentu  sangat  tergantung dengan cuaca.Jumlah curah hujan di kepulauan Wakatobi juga tidak begitu tinggi, data 10 tahun terakhir menyebutkan jumlah curah hujan terendah terjadi pad abulan September hanya mencapai 2,5 mm dan curah hujan tertinggi di bulan Januari mencapai 229,5 mm.



Gambar 1: Peta Kawasan Taman Nasional Wakatobi

Untuk menuju Kepulauan Wakatobi dapat ditempuh lewat beberapa alternatif perjalanan dari kendari Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, yaitu:

a.   Kendari  ke  kota  Wanci,  Ibukota  Kabupaten  Wakatobi  dengan  kapal  kayu  yang berangkat 3 kali seminggu dari pelabuhan Kendari dengan waktu tempuh (± 10 jam)

b.   Kendari ke Bau-Bau (Buton) via Raha (Muna) dengan kapal cepat regular setiap hari dua  kali  pemberangkatan  dengan  waktu  tempuh                                              (±  5  jam)  kemudian  dilanjutkan dengan naik kapal kayu ke Wanci dengan waktu tempuh   8 jam). Dapat juga dari bau-Bau ke Lasalimu naik kendaraan roda empat selama dua jam, lalu naik kapal cepat lasalimu-Wanci selama (± 2 jam).

c.   Wanci  merupakan  pintu  gerbang  pertama  memasuki  kawasan  Taman  Nasional
Wakatobi.


Perjalanan dari Jakarta atau Surabaya menuju Kepulauan Wakatobi juga bisa menggunakan kapal laut PELNI yang singgah di Kota Bau-Bau dengan intensitas ± 3 atau 4 kali seminggu. Saat ini sudah dikembangkan jalur penerbangan udara dengan menggunakan Merpati Airlines dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) ke Bau-Bau PP seminggu 3 kali (selasa, jumat dan minggu). Dari kota Bau-Bau dapat dilanjutkan dengan kapal kayu ke Wanci.


Gambar .  Peta Rute Perjalanan Menuju Taman Nasional Wakatobi




III. Potensi Kawasan Taman Nasional Wakatobi.

Secara umum perairan laut Taman Nasional Wakatobi mempunyai konfigurasi dari mulai datar sampai melandai ke arah laut dan beberapa daerah terdapat yang bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan sebagian besar berpasir dan berkarang. Sementara itu kekayaan sumberdaya laut di Taman Nasional Wakatobi di kelompokkan menjadi 8 sumberdaya penting, yaitu : terumbukarang, mangrove, padang lamun, tempat pemijahan ikan, tempat bertelur burung pantai, dan pantai peneluruan penyu, cetacean. Kedelapan sumberdaya penting tersebut merupakan bagian dari ekosistem Taman Nasional.

Berikut ini beberapa tipe ekosistem penyusun Taman Nasional Wakatobi :


3.1 Ekosistem Mangrove.


Kondisi ekosistem Mangrove bisa dikatakan tidak tersebar secara merata di wilayah pesisir, hanya beberapa wilayah saja dengan kondisi ketebalan mangrove yang tipis. Adapun jenis pohon bakau yang ditemukan di TNW tercatat 10 jenis, yaitu : Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Osbornia octodonta, Ceriops tagal, Xylocarpus moluccensis, Scyphiphora hydrophyllacea, Bruguiera gymnorrhiza , Avicennia marina dan Pemphis acidula, Avicennia officinalis , Rhizophora stylosa (Operation Wallacea, 2001).  Beberapa jenis anggrek juga dapat ditemukan di vegetasi hutan bakau. Jenis biota yang berasosiasi dengan mangrove yang umum ditemukan adalah bivalvia (tiram), gastropoda dan crustacea. Kelimpahan organisme ini tergolong rendah.


3.2 Ekosistem Non-Mangrove

Vegetasi ekosistem non-mangrove di daerah pantai didiominasi oleh beberapa jenis seperti : Baringtonia asiatica, Hibiscus tilliaceus.  Ipomoea pescaprae, Spinifax sp, Terminalia cattapa, Pandanus sp, dan Casuarina equisetifolia. Sementara itu vegetasi yang ditemukan yang  ke  arah  darat  disekitar  perumahan/pekarangan  antara  lain:  kelapa  (Cocos  nucifera), jambu  mete  (Anacardium  ocidentale),  mangg(Mangifera  indica),  nangka  (Arthocarpus integra), ubi kayu (Manihot utilisima), uwi (Dioscorea spp.), jagung (Zea mays) dan waru serta ekosistem semak belukar dan rumput.

3.3 Ekosistem terumbu karang.

Sampai saat ini di dalam ekosistem terumbukarang tercatat 396 jenis karang keras, 28 marga karang lunak dan 31 jenis karang jamur. Berikut ini identifikasi jenisnya:

a. Terumbu karang.. Jenis-jenis karang yang ditemukan antara lain Acrophora spp, Dendrophyllia spp., Favia abdita, Echinopora horrida, Favites spp, Heliofungia actiniformis, Holothuria edulis, Lobophylla spp., Montastrea spp., Mycedium spp., Millepora spp, Nepthea spp., Oulophylla crispa, Oxypora spp., Pavona clavus, P decussata, Platygira lamellina, P. pini, Porites spp., Porithes spp., Spirobranchus giganteus, Symphyllia spp, Turbinaria frondens, Xenia spp, dan lain-lain. Beberapa kawasan yang memiliki terumbu karang seperti disebut diatas yaitu Karang Sempora, K. Kapota, K Watulopa, K. Sawa Olo-Olo, K. Tokobau, dan Karang Waelale.
b. Karang lunak. Jenis soft corals yang terlihat antara lain Sarcophyton throcheliophorum, Sinularia spp.
c. Ikan.  Kekayaan  jenis  ikan  sebanyak  93  jenis  ikan  yang  dimanfaatkan  untuk  konsumsi perdagangan dan ikan hias diantaranya argus bintik (Cephalopholus argus), napolean (Cheilinu undulatus),   ikan   merah   (Lutjanus   biguttatus baronan (Siganus   guttatus), Abudefduf leucogaster, A. saxatilis, Acanthurus achilles, A. aliosa, A. mata, Amphiprion tricinctus, Chaetodon specullum,  Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, H. permutatus, Macolor macularis (snapper), Napoleon wrasse, Paramia quinquelineata, Scarus qibbus, S. taeniurus, dan masih banyak lagi.
d. Bivalvia  yang  terlihat  adalah  Tridacna  spp  seperti  kima  (Tridacna  sp.),  kima  tapak  kuda (Hippopus hippopus), kima sisik (Tridacna squamosa), kima lubang (Tridacna crocea) dan kima raksasa (Tridacna gigas)
e. Crinoidea yang terlihat adalah Comanthina schlegeli, Lily laut.
f. Ordo Echinodea yang terlihat adalah Acanthaser planci, Diadema setosum, Echinotrix spp., Holothuria edulis, Parathicopus californicus, Stichopus variegatus.
g. Spons yang terlihat adalah Tube sponges dan Cube sponges, Phyllospongia foliascens. h. Rumput laut. Jenis seagrass yang terlihat antara lain Thallisia spp., T. crocea, dan
Thalasodendron spp

Jenis terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari terumbukarang cincin (atol reef), terumbukarang tepi (fringing reef), terumbukarang penghalang (barrier reef) dan karang gosong ( patch reef). Berdasarkan hasil citra satelit, diketahui bahwa luas terumbu karang di Kepulauan Wakatobi adalah 88.161,69 hektar. Adapun komponen utama yang menyusun terumbu karang di Kepulauan Wakatobi yaitu karang hidup (terdiri dari hard coral dan soft coral) dan karang mati (dead coral), serta organisme lain yang bersimbiosis dengan karang.  Pada kedalaman 1 meter dan 3 meter banyak ditemukan jenis karang bercabang dari marga Acropora selain itu juga ditemukan jenis karang masif (Haryono, 2002).

Sementara di daerah  tubir  karang cukup  bervariasi jenisnya seperti Acropora spp, Montipora spp, Porites spp, dan Stylophora pistillata. Lereng terumbu karang di Kepulauan Wakatobi mempunyai kemiringan antara 60-70o   dengan pertumbuhan karang hidup yang tidak begitu rapat (patches) sampai kedalaman 40 meter dan karang yang tumbuh hanya didominasi
oleh Acropora hyacinthus Echinopora mammiformis, Porites cylindrica dan beberapa Favia spp. (CRITC COREMAP-LIPI, 2001).

Pertumbuhan biota lainnya yang cukup menonjol adalah sponge dan soft coral (karang lunak) dari jenis Sinularia sp. dan Dendronephthya sp. Sponge mempunyai variasi ukuran, bentuk dan warna yang tinggi, umumnya tumbuh bergelantung dan menempel dinding sehingga memberi kesan yang sangat artistik. Dendronephthya sp. termasuk dalam golongan karang


lunak dengan pertumbuhan yang sangat khas serta kaya akan warna dari putih, ungu sampai merah jingga dan menambah kesan yang sangat menarik. Gorgonian dan anemon menambah kekayaan bentuk serta warna. Gorgonian banyak tumbuh dan mendominasi pada kedalaman lebih dari 30  meter dan makin ke dalam densitas pertumbuhannya semakin tinggi, hal tersebut sangat bagus sebagai lokasi wisata (diving).





 





Gambar : Ikan hias di perairan dalam


Gambar : Terumbukarang di sekitar Pulau Hoga


Gambar : terumbukarang di perairan dangkal.


 
Sumber : Sofi Sugiarto (2007)



3.4 Ekosistem Padang Lamun.

Tercatat 9 jenis lamun di perairan Wakatobi dengan sebaran yang umumnya merata, tersebar pada daerah intertidal setelah terumbu karang dan juga ditemukan di antara terumbu karang. Jenis lamun yang telah diidentifikasi di perairan Kepulauan Wakatobi yaitu Enhalus acororides,   Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Thalassodenron ciliatum, Halodule uninervis, Cymodocea serullata. Jenis E. acoroides dan C. Rotundata banyak ditemukan pada substrat pasir dan pecahan karang, sedangkan jenis T.  hemprichii, S. isoetiofolium dan H. ovalis banyak ditemukan pada substrat pasir  halus dan pasir kasar.

Padang lamun dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya hanya sebagai daerah penangkapan beberapa jenis ikan, seperti  ikan baronang (Siganus sp), lencam  (Lethrinus sp), teripang, rajungan dan jenis kerang-kerangan.  Metode penangkapannya dengan alat tangkap jaring insang, tombak/panah, bubu penangkap baronang (kulu-kulu) dan sebagian kecil menggunakan pancing.   Selain itu juga masyarakat memanfaatkan rumput laut untuk dijual sebagai produk agar-agar.


4. KONDISI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Beberapa spesies yang terdapat di Taman Nasional Wakatobi  termasuk jenis langka dan terancam punah dengan status dilindungi seperti penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), kepiting kenari (Birgus latro), kima (Tridacna sp.), lola (Trochus niloticus), duyung (Dungong dugong), lumba-lumba (Delphinus delphis, Stenella longiotris, Tursiops truncatus) dan cumi-cumi berbintik hitam. Sementara itu jenis burung laut yang terdapat di TN Wakatobi seperti angsa batu coklat (Sula leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo anthis). Adapun  dari  family  Cetaceans  tercatat  beberapa  jenis  yang  tergolong  terancam  punah (operation  Wallacea,  2003)  yaitu  seperti  paus  sperma  (physeter  macrocephalus),  Paus pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhyncus), paus pembunuh (Orcinus orca), Paus pembunuh kerdil (Feresa attenuata), lumba-lumba totol (Stenella attenuata), lumba-lumba gigi kasar  (Steno  bredenensis),  lumba-lumba  abu-abu  (Grampus  griseus),  lumba-lumba  hidung botol (Tursiops truncatus), dan paus kepala semangka (Peponocephala electra)





 



 




Gambar Coral Tree Fern


Gambar Glass Coral Tree


Gambar Clown fish




Keanekaragaman jenis ikan di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi cukup tinggi, saat ini lebih dari 500 jenis ikan yang telah teridentifikasi terdapat di Taman Nasional Wakatobi dan masih  banyak  yang  belum  diidentifikasi.               Umumnya  berukuran  kecil  dengan  karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal dengan ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah baik dalam jumlah individu maupun jenisnya serta cenderung bersifat teritorial. Banyak jenis ikan indikator dan ikan target bernilai ekonomis penting juga beberapa jenis ikan komersial               yang selalu diburu seperti ikan napoleon (Cheillinus undulatus), ikan kerapu (Serranedae), ikan kakap (Lutjanidae), ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan baronang (Siganidae), ikan bibir tebal (Haemulidae), dll (LIPI, 2006). Tingginya keanekaragaman ikan di Kepulauan Wakatobi terutama ikan-ikan karang menunjukkan bahwa keadaan karang di Wakatobi masih baik, beberapa penelitian  menunjukkan bahwa banyak ditemukan tempat- tempat pemijahan ikan (breeding site) di daerah terumbu karang.


5. PENYELENGGARAAN KSDAH&E dan PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI

Balai Taman Nasional Wakatobi mengelola kawasan seluas 1.390.000 Ha dan secara struktural BTNW memiliki tiga (3) Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTNW) yaitu SPTNW  I  berkedudukan  di  Kota  Wanci  Pulau  Wangi-Wangi,  SPTNW  II  berkedudukan  di Ambeua Pulau Kaledupa dan SPTNW III di Waha Pulau Tomia. Sementara itu kantor Balai Taman Nasional berkedudukan di Kota Bau-Bau.

Saat ini pengelolaan Taman Nasional tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan parapihak oleh sebab itu pengelolaannya Taman Nasional Wakatobi dikelola secara kolaboratif yang sudah dimulai sejak tahun 2003. Salah satu kegiatannya adalah revisi zonasi Taman Nasional Wakatobi. Revisi zonasi dilakukan secara partisipatif dengan melakukan kunjungan dan dialog kepada nelayan, kelompok masyarakat dan pertemuan di tingkat kampung. Dan kemudian pada tahun 2004 dilakukan rangkaian lokakarya di tingkat kecamatan dan kabupaten sampai muncul  satu  kesepahaman  bersama  tentang  tata  ruang  pengelolaan  Taman  Nasional Wakatobi. Untuk lebih menyempurnakan rumusan revisi zonasi maka dilakukan pengkajian efektifitas pengelolaan TN Wakatobi oleh tim independen.

Berdasarkan hasil Tim Kajian ini, Menteri Kehutanan telah mengeluarkan surat   No. S.723/Menhut-IV/2005 tanggal 30 November 2005.  Dalam surat tersebut Menteri Kehutanan menegaskan bahwa batas TN Wakatobi tidak mengalami perubahan, namun kawasan daratan pada pulau-pulau yang berpenghuni dijadikan sebagai daerah penyangga” TNW. Penetapan sebagai  daerah  penyangga  dimaksudkan  agar  pola  mata  pencaharian  masyarakat  dan kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan daratan Wakatobi sejalan dengan pengembangan wilayah.

Akhirnya Revisi zonasi Taman Nasional disyahkan berdasarkan keputusan Dirjend PHKA NO. SK.149/IV-KK/2007 dan ditandatangani bersama oleh Dirjend PHKA, Bupati Wakatobi dan Kepala Balai TN Wakatobi pada tanggal 23 Juli 2007. Sistem zonasi yang dihasilkan  ini merupakan bagian  dari  tata  ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi (tata ruang wilayah perairan). Berikut ini hasil revisi zonasi Taman Nasional Wakatobi :


Zona Inti                                             :                                1.300 Ha Zona Perlindungan Bahari                                                         :                              36.450 Ha Zona Pariwisata           :                                                                                         6.180 Ha Zona Pemanfaatan Lokal                                                         :                            804.000 Ha Zona Pemanfaatan Umum                                                         :                            495.700 Ha Zona Khusus/Daratan  :                                                                                       46.370 Ha




Gambar ; Peta Zonasi Taman Nasional Wakatobi

Selain itu sebagai bentuk perlindungan dan pengamanan kawasan, Balai TN Wakatobi melakukan kegiatan patroli rutin, patroli gabungan dan monitoring spesies yaitu surveillance, reef check, inventarisasi mangrove, monitoring ekosistem padang lamun, ekosistem burung pantai, ekosistem penyu, dll. Selain itu, beberapa kegiatan riset juga pernah dilakukan seperti kegiatan operation wallacea, Coremap, LIPI, dll.  Sementara itu pendekatan ke masyarakat juga dilakukan dengan melakukan penyuluhan, training, kampanye lingkungan,   bantuan maupun pembinaan kepada masyarakat nelayan dalam bentuk mata pencaharian alternatif.                                                       usaha modal. Peningkatan kapasitas staf Balai dan masyarakat juga dilakukan seperti pelatihan kader konservasi, pelatihan pemandu wisata, pelatihan menyelam, dll. Kemitraan pengelolaan Taman Nasional juga diwujudkan dengan menjalin kerjasama intensif dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi, Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI dan TNC-WWF.

6. KONDISI SOSIAL EKONOMI BUDAYA MASYARAKAT.

Penduduk di Kabupaten Wakatobi tercatat +100.000 jiwa, yang tersebar di 64 desa, 7 kecamatan. Sebagian besar penduduk wakatobi memanfaatkan sumberdaya laut yang ada di perairan       kawasan  Taman  Nasional           Wakatobi                sebagai      sumber    pendapatan/mata pencahariannya yaitu sebagai nelayan tradisional, dan petani budidaya rumput laut. Sisanya sebagai  pedagang  atau  berlayar  dengan  jarak  berlayar  bisa  sampai  ke  Singapura  atau Malaysia, selanjutnya adalah sebagai petani sederhana yang hanya berkebun singkong dan jagung mengingat kondisi tanah di pulau-pulau Wakatobi adalah berupa karang/berbatu.

Penduduk Wakatobi terdiri dari berbagai macam etnis yaitu etnis wakatobi asli, bugis, buton, jawa dan Bajau. Namun kebudayaan etnis asli masih kuat belum banyak mengalami akulturasi dan masing-masing etnis hidup dengan teratur, rukun dan saling menghargai. Etnis bajau merupakan etnis yang sangat unik, karena kehidupan mereka sangat tergantung pada kehidupan laut, mulai dari mata pencaharian sampai membangun pemukiman yang berada di


atas pesisir laut dengan memanfaatkan batu karang. Masyarakat Wakatobi hampir 100 %
memeluk agama Islam.
Masyarakat asli Wakatobi terdiri dari 9 masyarakat adat/lokal, yaitu masyarakat adat/lokal wanci, masyarakat adat/lokal mandati, masyarakat adat/lokal Liya, dan masyarakat adat  kapota  yang  terdapat  di  Pulau  Wangi-wangi  dan  Kapota,  seelanjunya  masyarakat adat/lokal kaledupa yang terldapat di P. Kaledupa, masyarakat adat/lokal Waha, masyarakat adat/lokal Tongano dan masyarakat adat Timu yang terdapat di P. Tomia, selanjutnya masyarakat  adat/lokal  mbeda-beda  di  P.  Binongko,  Selain  itu  terdapat  dua  masyarakat adat/lokal yang merupakan pendatang yaitu maasyarakat bajau dan masyarakat adat cia-cia yang berasal dari etnis Buton. Setiap masyarakat adat/lokal tersebut memiliki bahasa yang khas untuk  adat/lokalnya  masing-masing,  tetapi  walaupn  bahasa  yang  digunakan  berbeda-beda tetapi dianatara mereka tetap bisa saling memahami kalau terjadi komunikasi

Meskipun begitu secara keseluruhan kehidupan masyarakat Wakatobi tidak dapat dipisahkan dari laut. Kedekatan dengan laut inilah yang membentuk tradisi kehidupan sebagai masyarakat kepulauan dan pesisir sehingga budaya masyarakat yang dimiliki lebih bersifat budaya pesisir (marine antropologis). Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap sumberdaya laut mendorong mereka untuk melakukan pengelolaan secara tradisional agar terjaga  keberlanjutannya  salah  satunya  di  sekitar  Pulau  Hoga  yang  mensepakati  sebuah daerah dilarang untuk areal penangkapan yaitu di sebelah barat Pulau Hoga (luas 500 x 300 m) yang sering disebut dengan tubba dikatutuang (Tubba = habitat, tempat hidup, karang ; dikatutuang = disayangi, dipelihara, dirawat; Bahasa Bajo) karena daerah tersebut menjadi wilayah pemijahan ikan.

Masyarakat Kepulauan Wakatobi juga kaya dengan kesenian tradisionalnya yang menunjukkan masih berlakunya tradisi lokal yang ada di masyarakat. Berbagai macam tarian yang masih sering disaksikan seperti tarian lariangi, tarian balumpa, tarian kenta-kenta, dll. Sementara itu aktifitas masyarakat sebagai tukang besi juga masih banyak yang melakukannya sementara ibu-ibu membuat kain tenun khas Wakatobi.

Sementara itu aktifitas ekonominya juga menggeliat seiring dengan terbentuknya Kabupaten Wakatobi dan semakin terkenalnya potensi keanekaragaman hayati TN Wakatobi di tingkat nasional maupun internasional. Di kota Wanci, ibukota Kabupaten Wakatobi telah beroperasi lembaga perbankan (BRI dan BPD Sulawesi Tenggara) dan rencananya akhir tahun
2008 akan dioperasikan lapangan terbang.





 



 




Gambar kegiatan menangkap dengan cara tradisional/tombak


Gambar aktifitas masyarakat budidaya rumput laut


Gambar perkampungan nelayan wakatobi



7. OBYEK WISATA ALAM TN WAKATOBI

Di dalam Kawasan Taman Nasional Wakatobi (TNW) dan sekitarnya memiliki beberapa potensi obyek wisata alam, mulai panorama bawah laut (ekosistem terumbu karang dan biota laut), pantai pasir putih, gua dan peninggalan sejarah,  secara umum kondisinya masih baik. Keindahan terumbukarang yang diwarnai dengan beragam ikan hias merupakan atraksi yang menarik untuk dinikmati. Pulau Hoga, Pulau Tomia dan Pulau Binongko merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama untuk kegiatan menyelam (diving), snorkeling, wisata bahari, berenang, memancing, berkemah dan wisata budaya.  Berikut ini beberapa obyek wisata alam yang bisa dinikmati di Taman Nasional Wakatobi  :


No
PULAU
WILAYAH
DESKRIPSI
I
Obyek Wisata Bahari



1. Pulau Wangi-Wangi
1. Karang kapota
Merupakan ekosistem terumbukarang  terletak
di    sebelah    barat     P.Wangi-wangi.    Untuk menuju pulau tsb dibutuhkan waktu ± 30 menit perjalanan laut. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah snorkeling, diving dan penelitian.


2. Pantai Sousu
Terletak di Desa Matahora Kec. Wangi-Wangi, untuk menuju pantai ini memerlukan  waktu ±
30 menit dengan berkendaraan roda dua/roda
empat    dari    ibukota    kecamatan    (Wanci). Aktivitas yang dapat dilakukan di Pantai Sousu ini, seperti snorkeling, diving, serta menikmati pemandangan pantai.


3.     Pantai      Patuno
(Mata Air Seratus)
Lokasi  ini  terdapat  di  Desa  Patun Kec. Wangi-Wangi, untuk menuju tempat ini dapat
menggunakan kendaraan roda dua memakan waktu  ±  60  menit  dari  ibukota  kecamatan.
Aktivitas yang dapat dilakukan di tempat  ini, seperti menikmati pemandangan  pantai, dan
juga terdapat keunikan dari pantai patuno ini yaitu  banyak  terdapat  mata  air  tawar  yang
keluar dari celah-celah batu maupun pasir.

2. Pulau Kaledupa
1. Pulau Hoga
Terletak di Kelurahan Ambeua,  merupakan pusat aktifitas  Operation Wallacea sejak
tahun 1995 sampai sekarang. Memiliki sarana-prasarana yang lengkap yang
menunjang kegiatan seperti menyelam, snorkeling dan penelitian.  Selain itu juga
terdapat ± 100 homestay yang dikelola masyarakat setempat yang berlokasi tepat di belakang pantai pasir putih sepanjang ± 1 km. Kawasan wisata bahari di pulau Hoga dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat dari Ibukota Kecamatan ± 10 menit. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur, dan penelitian.


2. Pulau Sombano
Terletak di Desa Sombano Kec.  Kaledupa,
merupakan  pantai  berpasir  putih.   Fasilitas yang tersedia ditempat ini antara lain adalah Pos Jaga dan Shelter.   Dapat dijangkau  dari Ambeu (Ibukota Kec. Kaledupa) dengan kendaraan roda 2 / roda empat + 15  menit. Aktivitas yang dapat dilakukan  antara lain : panorama  alam,  berjemur   dan  olah  raga pantai




2. Pulau Tomia
1.     Pulau  Tolandona

(Onemobaa)
Terletak di Desa Lamanggau dengan panjang pantai ± 2 km Kawasan  tersebut dikelola
oleh PT. Wakatobi Divers pada tahun  1995 sampai sekarang, sehingga sarana prasarana
yang menunjang kegiatan seperti menyelam, snorkelin da penelitian    telah   tersedia
dengan lengkap Kawasan wisata  bahari  di
Pulau  Tolandona  dapat  ditempu dengan kendaraan  laut  dari  Waha   (Ibu  kota  Kec.
Tomia)  +  30  menit.    Aktivitas  yang  dapat
dilakukan   adalah    menyelam,   snorkeling, berjemur dan penelitian.



2. Pantai Letimu
Terletak   di   Desa   Kulati   denga panjang
pantai  ±  400  m,  di  sekitar    pantai  Letimu terdapat           beberapa                   sumber         air         untuk memenuhi  kebutuhan air bersih masyarakat. Pantai ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut ke arah  barat Desa Kulati dengan jarak ± 2 km arah selatan kulati.  Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur.


3. Pantai Huntete
Terletak   di   Desa   Kulati   denga panjang
pantai  ±  1  km.     dapat  ditempu dengan kendaraan  roda  2,  4  da kendaraan  laut kearah barat desa Kulati dengan jarak ± 2 km arah  selatan  Kulati.                                    Aktivitas  yang  dapat dilakukan   adalah    menyelam,   snorkeling, berjemur.

3. Pulau Binongko
1.     Pantai      Mbara- mbara
Terletak di Desa Wali ± 8 km arah timur Wali. Pantai                       Mbara-Mbara                merupakan        habitat
tempat   bertelurnya  Penyu.  Pantai   Mbara- Mbara tersebut memiliki potensi  bagi obyek
wisata alam dengan panorama lautnya  yang indah dengan panjang pantai ± 2,1 km,  dan
kegiatan penelitian.


2. Pantai pasir putih
Terletak  di  Desa  Sowa.  Pantai  Pasir  Putih memiliki  potensi  bagi  obyek   wisata  alam
dengan    panorama    lautnya     yang    indah dengan  panjang  pantai  ±  950  m.  Aktivitas
yang   dapat   dilakuka adalah   menyelam, snorkeling, berjemur.


3. Pantai Palahidu
Terletak  di  Desa  Palahidu  dengan  panjang pantai  ±  1  km.  Pantai   Palahidu  memiliki
panorama laut yang indah. Pantai  Palahidu merupakan  tempat  mandi   bagi  Raja  pada
zaman  dahulu  ini  dapat  dibuktikan  dengan terdapatnya  kuburan  tig susun   (kuburan
raja)  yang  sampai  saat  sekarang  masih  di keramatkan.  Aktivitas  yang  dapat  dilakukan
adalah menyelam, snorkeling, berjemur.


4. Pantai Haso
Terletak  di  Desa  Palahidu  dengan  panjang pantai ± 400 m, memiliki panorama laut yang
indah. Pantai Haso dapat ditempuh  dengan kendaraan roda 2, 4 dan  kendaraan laut ke
arah timur kota Rukuwa. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam,  snorkeling, dan
berjemur.


Sementara itu daratan kepulauan Wakatobi juga menyimpan berbagai potensi wisata baik wisata sejarah maupun wisata alam. Adapun beberapa bentuk wisata alam yang dapat ditemui seperti danau Ilarantauge, beberapa sumber mata air seperti lia la’biru, topa lambuku, topa raja dan beberapa goa yang menghasilkan sumber mata air. Sementara untuk wisata sejarah terdapat benteng liya yang berumur ± 1080 tahun, masjid tua kaleda, dan benteng waitu yang merupakan bekas benteng pertahanan.



 


Gambar pantai di pulau kaledupa     Gambar aktifitas wisata menyelam         Gambar Kesenian Tradisional


 
Wakatobi



7.1. KETENTUAN PENGUNJUNG.

Para pengunjung yang hendak memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi diharapkan dapat mematuhi peraturan dan petunjuk berikut ini:
1.   Sebelum  memasuki  kawasan  terlebih  dahulu  melapor/menghubungi  petugas  Taman
Nasional setempat untuk memperoleh ijin masuk serta informasi lainnya yang diperlukan;
2.   Untuk kegiatan penelitian / pendidikan / penjelajahan / cinta alam / kegiatan jurnalistik / pembuatan film / video / pengambilan foto harus mendapatkan ijin dari Kepala Balai Taman Nasional di Bau-Bau;
3.   Dilarang membawa senjata tajam/senjata api dalam kawasan Taman Nasional;
4.   Hindari berjalan/berdiri diatas karang dan mahluk hidup lain.  Biarkan karang, kerang dan mahluk hidup lain tetap di tempat anda temukan;
5.   Dilarang membawa tumbuhan, satwa atau biota laut kedalam maupun keluar kawasan
Taman Nasional, kecuali dengan ijin khusus dari Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi;
6.   Jagalah  kebersihan  kawasan  dengan  membawa  semua  jenis  sampah  (plastik,  botol, kaleng, dsb) keluar kawasan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar